17
April 2025

Filsafat Hidup Suryomentaram: Jalan Menemukan Diri

  • open
  • 0
  • 17 April 2025
  • 18 April 2025
Pemikiran Filosofis Ki Ageng Suryomentaram: Perjalanan Mawas Diri

Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang filsafat hidup telah menjadi landasan penting dalam spiritualitas Jawa. Sebagai seorang pemikir yang berasal dari lingkungan Keraton Yogyakarta, Suryomentaram mengembangkan konsep-konsep filosofis yang mendalam namun praktis dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini mengeksplorasi esensi pemikiran Suryomentaram tentang menemukan diri sejati dan mencapai kebahagiaan.

Konsep Menemukan Diri dalam Pandangan Suryomentaram

Suryomentaram menekankan pentingnya keluar dari keterlibatan dengan diri untuk memahami siapa diri kita sebenarnya1. Dalam perspektifnya, manusia perlu mengambil jarak dari dirinya sendiri untuk benar-benar mengenal siapa dirinya. Ia mengatakan, "Menurut Suryomentaram, wajah yang terlalu dekat dengan tembok tidak bisa melihat warna tembok dengan jelas"2. Metafora ini menggambarkan bagaimana kita tidak dapat melihat diri kita dengan jelas jika terlalu terlibat dalam diri sendiri.

Proses menemukan diri menurut Suryomentaram terjadi melalui pangawikan pribadi atau pengamatan diri (mawas diri)3. Suryomentaram percaya bahwa dengan mengamati diri sendiri dari jarak yang tepat, seseorang dapat menemukan pengetahuan sejati4. Pengamatan ini tidak hanya melibatkan aspek fisik tetapi juga kejiwaan yang mendalam.

Pencerahan Suryomentaram

Salah satu momen penting dalam kehidupan Suryomentaram adalah pengalaman pencerahannya. Menurut cerita, pencerahan Suryomentaram terjadi tiba-tiba saat dia terbangun di malam hari dan berseru "ketemu sekarang" kepada istrinya5. Lebih spesifik lagi, pada tahun 1927, KAS membangunkan istrinya di malam hari untuk memberitahukan penemuannya6 dengan seruan, "Bu, wis ketemu jing tak goleki. Aku ora bisa mati." (Bu, sudah ketemu yang kucari. Aku tidak bisa mati)7.

Pencerahan ini terjadi setelah proses pencarian panjang tentang hakikat manusia8. KAS gelisah sejak umur 18 tahun mencari jawaban tentang hakikat manusia9. Penemuan Suryomentaram ini mirip dengan konsep René Descartes tentang eksistensi diri "aku berpikir maka aku ada"10. Setelah pencerahannya, Suryomentaram menemukan bahwa yang belum pernah ketemu orang, yang merasa kecewa dan tidak puas yaitu dirinya sendiri11.

Konsep Manusia Sejati

Bagi Suryomentaram, manusia sejati adalah diri yang terbebas dari "semat" (harta), "drajat" (kedudukan), dan "kramat" (wibawa)12. Ia pernah berkata, "Suryomentaram iki yen dijupuk semat, drajat, lan kramate, jing isih kari opo? Jing isih yo mung wong thok!"13 yang menunjukkan bahwa esensi manusia terletak pada keberadaannya sebagai manusia, bukan pada hal-hal eksternal yang dimilikinya.

Dalam ajaran Suryomentaram, manusia yang telah mengenal dirinya tidak akan terjebak dalam keinginan yang tidak pernah puas14. Ia mengajarkan bahwa hubungan yang terlalu dekat bisa mengaburkan penilaian objektif15, dan untuk menemukan diri sejati, kita perlu melihat diri sendiri tanpa terpengaruh oleh semat, drajat, dan kramat16.

Filosofi Hidup Sederhana dan Bahagia

Suryomentaram memiliki pandangan bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui pemahaman terhadap diri sendiri17. Ajaran-ajarannya menekankan pentingnya kesederhanaan dan kecukupan dalam hidup sebagai jalan menuju kebahagiaan.

Konsep "Sak Mestine" dan "Sak Perlune"

Konsep "sak mestine" (semestinya) dari Suryomentaram mengajarkan untuk hidup sesuai dengan kodrat dan posisi diri18. Sementara itu, konsep "sak perlune" (seperlunya) mengajarkan untuk mengambil hanya yang diperlukan, tidak lebih19. Ki Ageng mengkritik kecenderungan manusia untuk selalu menginginkan lebih dari yang dibutuhkan20.

Menurut Suryomentaram, hidup yang berlebihan sama tidak baiknya dengan hidup yang kekurangan21. Ia mengajarkan bahwa hidup yang paling enak adalah tidak berlebihan dan tidak kekurangan, hanya mengambil secukupnya22. Ajaran ini mendorong refleksi untuk menentukan takaran yang tepat bagi kehidupan masing-masing individu23.

Rasionalitas dalam Kehidupan

Suryomentaram membedakan tiga level rasionalitas: egoistik (mencari benar sendiri), reflektif (mempertimbangkan situasi), dan akomodatif (terbuka pada kebenaran orang lain)24. Menurut Suryomentaram, orang yang hanya menggunakan akal akan cenderung hitam-putih dalam melihat persoalan25.

Dalam konsep Suryomentaram, rasionalitas akomodatif tidak kaku dan bisa menerima kebenaran yang ditemukan orang lain26. Ia mengajarkan cara berpikir yang tidak kaku dan terbuka pada berbagai kemungkinan27. Melalui peningkatan level rasionalitas ini, seseorang dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan dunia sekitarnya.

Metode Belajar dan Pengembangan Diri

Suryomentaram menggunakan bahasa sederhana dan contoh konkret agar ajarannya mudah dipahami oleh orang awam28. Dalam pandangan Suryomentaram, belajar yang efektif adalah fokus pada inti, bukan detail yang kurang penting29.

Ki Ageng mengkritik kebiasaan akademis yang terlalu bertele-tele tanpa substansi berarti30. Menurut Suryomentaram, banyak karya akademik lebih banyak berisi "basa-basi" daripada inti persoalan31. Ia mengajarkan untuk mengambil substansi dari pengetahuan tanpa harus mendalami semua detailnya32.

Kesimpulan

Filsafat hidup Ki Ageng Suryomentaram menawarkan pendekatan yang unik dan mendalam untuk menemukan diri sejati dan mencapai kebahagiaan. Melalui konsep mawas diri, kesederhanaan hidup, dan pengembangan rasionalitas, Suryomentaram memberikan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Ajaran-ajarannya yang berakar pada kearifan Jawa namun universal dalam aplikasinya, terus menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang hingga saat ini. Pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti siapa diri kita sebenarnya, apa yang kita butuhkan untuk hidup bahagia, bagaimana kita bisa memahami diri dengan lebih baik, kapan kita mencapai pencerahan tentang diri sejati, di mana kita bisa menemukan kebahagiaan sejati, dan bagaimana kita bisa hidup sesuai dengan takaran yang tepat, terus menjadi refleksi penting dari ajaran Suryomentaram.

Referensi

  1. Falsafah Hidup Bahagia oleh (). Panitia Kawruh Jiwa, Jakarta.
  2. Ajaran-Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Jilid III oleh (). Inti Idayu Press, Jakarta.
  3. Makrifat Jawa untuk Semua oleh (). Serambi, Jakarta.

Download PDF tentang Pemikiran Filosofis Ki Ageng…
VIDEO
Penulis
Swante Adi Krisna
Swante Adi Krisna
Web Programmer, Blogger, Graphic Designer, Woodworking, Sarjana dan Magister Hukum, Magister Kenotariatan, Kemhan.