Immanuel Kant mengubah lanskap filsafat dengan karya monumentalnya Critique of Pure Reason (Kritik atas Akal Budi Murni) yang diterbitkan tahun 1781 dan direvisi 17871. Karya ini menjembatani dua aliran dominan: rasionalisme yang meyakini pengetahuan berasal dari akal, dan empirisme yang bersumber dari pengalaman inderawi. Kant mencari jawaban fundamental—bagaimana pengetahuan dimungkinkan?
David Hume sebelumnya mengguncang epistemologi tradisional. Konsep kausalitas, substansi, dan diri menurutnya bukan dari pengalaman tapi kebiasaan berpikir semata2. Kant merespons skeptisisme Hume dengan fondasi baru—mengamankan kepastian pengetahuan ilmiah sambil mengakui kontribusi akal dan pengalaman.
Transformasi Cara Pandang Pengetahuan
Kant mengusulkan "revolusi Kopernikan" dalam filsafat. Seperti Copernicus yang membalik pandangan bumi mengelilingi matahari, Kant menyatakan: pengetahuan tidak menyesuaikan objek, tapi objek menyesuaikan cara kita mengetahui3. Kognisi manusia secara aktif menyusun pengalaman, bukan pasif menerimanya. Ini melahirkan transcendental idealism (idealisme transendental)—pengetahuan dibentuk dunia inderawi dan struktur bawaan pikiran.
| Aspek 🔍 | Rasionalisme 📚 | Empirisme 👁️ | Sintesis Kant 🧩 |
| Sumber Pengetahuan | Akal murni | Pengalaman inderawi | Akal + Pengalaman |
| Tokoh Utama | Descartes, Leibniz | Locke, Hume | Immanuel Kant |
| Keyakinan Dasar | Pengetahuan independen | Semua dari indera | Struktur a priori + data empiris |
| Metode | Deduksi rasional | Induksi observasional | Deduksi transendental |
| Kelemahan | Abaikan pengalaman | Skeptisisme radikal | Batasi metafisika |
| Kontribusi | Matematika, logika | Ilmu alam, psikologi | Epistemologi modern |
| Status Pengetahuan | Apriori universal | Aposteriori kontingen | Sintetik a priori |
Struktur Pengetahuan Manusia
Kant membedakan dua sumber pengetahuan: sensibility (kepekaan) dan understanding (pemahaman). Kepekaan adalah fakultas menerima objek4. Pengalaman kita terstruktur dua bentuk a priori: ruang dan waktu—bukan properti benda-pada-dirinya melainkan kondisi persepsi. Pemahaman mengorganisasi data inderawi lewat kategori bawaan seperti kausalitas dan substansi. Kategori ini bukan dari pengalaman namun membentuk cara kita mengalami dunia.
Transcendental deduction (deduksi transendental) Kant membuktikan kategori pemahaman adalah kondisi niscaya bagi pengalaman itu sendiri5. Persepsi tanpa struktur kategorial akan jadi kekacauan sensasi tanpa koherensi. Pengalaman mensyaratkan struktur yang dipaksakan pikiran sendiri—menyelesaikan ketegangan rasionalisme dan empirisme.
Batas-Batas Metafisika
Kant memperkenalkan pembedaan krusial: phenomena (fenomena) sebagai dunia yang kita alami, dan noumena (noumena) sebagai dunia pada dirinya sendiri6. Fenomena adalah penampakan terstruktur fakultas kognitif kita—kita bisa tahu fenomena karena disusun pikiran kita. Noumena atau "benda-pada-dirinya" di luar jangkauan kognitif kita. Meski eksis, kita tak bisa mengetahuinya langsung.
Implikasinya mendalam. Spekulasi metafisik tentang realitas ultimate—Tuhan, jiwa, kehendak bebas—inheren terbatas. Kita bisa memikirkan konsep tersebut tapi tak pernah punya pengetahuan empiris atau rasional seperti terhadap dunia natural7. Ketika akal mencoba melampaui batas pengalaman mungkin, ia jatuh ke kontradiksi atau antinomies—pasangan pernyataan rasional namun saling bertentangan.
Kant mengklasifikasi penilaian jadi tiga: analytic a priori (benar berdasar definisi seperti "bujangan tidak menikah"), synthetic a posteriori (berdasar pengalaman seperti "langit biru"), dan synthetic a priori (valid universal dan niscaya tapi bukan dari pengalaman seperti "setiap kejadian punya sebab")1. Matematika dan fisika Newton terdiri dari penilaian sintetik a priori—bukan turunan pengalaman namun kondisi niscaya untuk memahami pengalaman.
Kesimpulan
Warisan Critique of Pure Reason merevolusi filsafat, mempengaruhi Idealisme Jerman hingga Fenomenologi dan Filsafat Analitik8. Kant mendemonstrasikan kognisi manusia terbatas namun terstruktur sedemikian rupa hingga pengetahuan ilmiah dan matematis dimungkinkan. Dengan mengakui batas akal, ia tak mengurangi kekuatannya melainkan mengklarifikasi penggunaan tepat—memastikan filsafat berlanjut dengan fondasi lebih solid. Pemikirannya tetap fundamental bagi debat kontemporer dalam metafisika, epistemologi, dan filosofi sains.
Daftar Pustaka
- PHILO-notes. "Immanuel Kant's Critique of Pure Reason – Book Summary." 24 Februari 2025. https://philonotes.com/2025/02/immanuel-kants-critique-of-pure-reason-book-summary
- The Himalayan Times. "What atheists Kant refute: Reason must know its limits." 17 Oktober 2007. https://thehimalayantimes.com/opinion/what-atheists-kant-refute-reason-must-know-its-limits/
- BBC. "Kant's Copernican Revolution." 3 Juni 2021. https://www.bbc.co.uk/programmes/m000wlf4
- Nature. "Kant's Transcendental Distinction between Sensibility and Understanding." 31 Agustus 2025. https://www.nature.com/articles/002355a0
- JSTOR. "The Incoherence of Kant's Transcendental Dialectic." 28 Maret 2025. https://www.jstor.org/stable/42969182
- JSTOR. "Kant's Argument for Transcendental Idealism in the Transcendental Aesthetic." 11 Maret 2025. https://www.jstor.org/stable/41061510
- The Conversation. "Guide to the classics: Immanuel Kant's Toward Perpetual Peace." 23 Maret 2022. https://theconversation.com/guide-to-the-classics-immanuel-kants-toward-perpetual-peace-and-its-relevance-to-the-war-in-ukraine-179943
- Hindustan Times. "Why Immanuel Kant's philosophy is still relevant." 20 April 2024. https://www.hindustantimes.com/lifestyle/art-culture/why-immanuel-kants-philosophy-is-still-relevant-amid-todays-wars-101713606773909.html

