{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Longtermisme dan ⏳ Batasan Moralnya: Dilema Generasi Masa Depan - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Longtermisme dan ⏳ Batasan Moralnya: Dilema Generasi Masa Depan
9
October 2025

Longtermisme dan ⏳ Batasan Moralnya: Dilema Generasi Masa Depan

  • 2
  • 09 October 2025
Longtermisme dan ⏳ Batasan Moralnya: Dilema Generasi Masa Depan

Umat manusia saat ini tengah berdiri di ambang kepunahan. Berbagai ancaman ekssistensial seperti perubahan iklim, perang nuklir, pandemi global, hingga kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yg tidak selaras dgn kepentingan manusia menjadi realitas yang harus dihadapi.1 Longtermisme sebagai sebuah filosofi moral muncul sebagai respons terhadap tantangan ini, mengusulkan bahwa kita hrs mengalokasikan porsi signifikan dari sumber daya dan perhatian kita untuk membuat keadaan lebih baik bagi generasi masa depan.

Apa Itu Longtermisme dan Mengapa Penting

Longtermisme adalah pandangan filosofis yg berpendapat bahwa terdapat alasan moral yg kuat untuk mempertimbangkan bagaimana tindakan dan keputusan kita hari ini mempengaruhi kehidupan sejumlah besar orang di masa depan.2 Dalam varian kuatnya, filosofi ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan moral yg relevan antara orang-orang masa depan dan orang-orang yg hidup saat ini. Mengingat jumlah orang masa depan jauh melampaui jumlah orang yg hidup saat ini, maka ketika mempertimbangkan apa yang seharusnya kita lakukan, kepentingan orang masa depan selalu mengalahkan kepentingan orang yg hidup.

Implikasi dari pandangan ini sangatlah radikal. Sebagian besar pembicaraan tentang apa yg kita hutangi satu sama lain sering berfokus pada mereka yg secara temporal dekat dengan kita seperti generasi yg hidup saat ini atau mungkin generasi berikutnya. Namun jika setiap orang dihitung satu dan hanya satu dalam garis waktu panjang sejarah manusia, maka kita harus merevisi secara radikal tujuan moral dan politik kita.3 Kita seharusnya menghabiskan lebih banyak uang untuk mengurangi risiko kepunahan manusia. Beberapa miliar dolar yang dihabiskan untuk menguntungkan orang yg hidup mungkin menghasilkan banyak kebaikan, tetapi beberapa miliar dolar yg dihabiskan untuk menguntungkan generasi masa depan bisa menghasilkan kebaikan yg jauh lebih besar.

Batasan-Batasan Longtermisme dlm Praktik

Hak, Keadilan, dan Demokrasi

Meskipun longtermisme terdengar menarik secara teoritis, banyak yang cenderung menolak longtermisme kuat berdasarkan pertimbangan lain yg juga bernilai moral. Kita memiliki alasan-alasan penting terkait keberpihakan untuk memenuhi kewajiban kita kepada sesama warga negara, bahkan ketika melakukannya akan menghasilkan keadaan yg suboptimal bagi generasi masa depan.4 Nilai-nilai lain seperti menghormati hak orang lain, kepedulian terhadap keadilan atau kesetaraan atau demokrasi, atau keinginan untuk menjalani kehidupan dengan integritas yang memungkinkan proyek-proyek berharga lainnya tampaknya memberitahu kita tentang batasan longtermisme.

Yang lain mungkin mengajukan keberatan empiris mengenai apakah perhitungannya benar-benar sesuai. Beberapa mungkin mengajukan kekhawatiran epistemik tentang betapa sulitnya menghitung efek dari tindakan kita pada masa depan jangka panjang dan berpendapat bahwa sebagai masalah praktis, kita hrs fokus pada melakukan kebaikan dalam jangka pendek.5 Program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia misalnya, menunjukkan komitmen terhadap generasi masa depan yg sehat melalui tindakan nyata di masa kini.

Signifikansi Moral dari Masa Lalu

Namun ada faktor pembatas lain pada longtermisme yg jarang dibahas yakni ketidakmampuannya untuk menangkap signifikansi moral dari masa lalu. Kita menjalani kehidupan kita tidak hanya dalam kaitannya dengan orang-orang yg hidup dan generasi masa depan tetapi juga dalam kaitannya dgn orang-orang yg telah meninggal. Penting bagi kita bahwa hak-hak anumerta dihormati, bahwa keinginan dan janji anumerta dari segala jenis dipenuhi, dan secara lebih umum, bahwa orang-orang yg telah meninggal diberi haknya.6 Dalam bulan Ramadan misalnya, nilai solidaritas dengan generasi masa depan menjadi fokus, namun hal ini tidak menghilangkan tanggungjawab kita terhadap mereka yg tlah pergi.

Praktik Memorialisasi dan Biayanya

Praktik memorialisasi baik secara pribadi maupun publik mengungkapkan bahwa kita memiliki rasa hormat yg mendalam terhadap orang-orang yg telah meninggal. Ketika mendengar kabar kematian orang yg dicintai, kita berduka, meratap, mengingat, dan merenung. Segera setelah itu, kita mulai mengajukan pertanyaan tentang apa yg hrs ditulis di batu nisan mereka, dimana mereka harus dimakamkan, apa yg hrs mereka kenakan, atau jika almarhum ingin dikremasi, apakah kita hrs menempatkan abu di guci atau menaburkannya ke laut.7

Praktik-praktik ini tidaklah murah. Di Amerika Serikat misalnya, diperkirakan bahwa harga rata-rata pemakaman berkisar antara $7.000 hingga $12.000. Dgn sekitar 3,4 juta orang meninggal setiap tahun, ini menjadikan pemakaman sebagai bisnis besar yg menghasilkan lebih dari $39 miliar pendapatan tahunan. Lebih dari itu, pasar global untuk layanan perawatan kematian diperkirakan mencapai lebih dari 189 miliar dolar pada tahun 2030.8 Investasi seperti yg dilakukan Luxembourg dlm bitcoin untuk generasi masa depan menunjukkan bagaimana berbagai pendekatan terhadap keberlanjutan antar generasi dapat berbeda.

Dilema Pil Ketidakpedulian

Pertanyaan normatif yg kemudian muncul adalah apa yg bisa membenarkan pengeluaran dana pribadi dan publik serta waktu untuk memorialisasi orang-orang yg telah meninggal ketika kita saat ini berada di jurang risiko eksistensial? Untuk mengilustrasikan dilema ini, bayangkan ada sebuah pil yang dapat menghilangkan disposisi Anda untuk berduka, meratap, mengingat, merenung, dan sebagainya. Setelah meminum pil ketidakpedulian ini, Anda akan menjadi tidak peduli secara emosional dan terlepas dari masa lalu.9

Kebanyakan dari kita tidak akan meminum pil tersebut. Mengapa demikian? Beberapa dari kita mungkin mengatakan bahwa praktik memorialisasi kita setara dengan praktik-praktik berharga lainnya. Yang lain mungkin mengatakan bahwa gagal memorialisasi orang-orang yg telah meninggal sama dengan mengekspresikan ketidakhormatan kepada mereka. Yang lain lagi mungkin mengeluh bahwa mereka akan kehilangan rasa diri mereka sebagai makhluk historis jika mereka meminum pil ketidakpedulian.10 Kolaborasi antar generasi dalam tempat kerja modern menunjukkan bahwa perbedaan generasi bisa dijembatani tanpa harus menghilangkan identitas historis kita.

Kesimpulan

Kita adalah makhluk yg historis dan temporal sekaligus. Memberikan hak sepenuhnya pada historisitas kita memperumit jenis pertanyaan yg kita ajukan ketika berbicara tentang kewajiban kepada generasi masa depan. Banyak dari kita bertanya bagaimana seharusnya kita menyeimbangkan kepedulian kita terhadap orang-orang yg hidup dengan kepedulian kita terhadap generasi masa depan. Tetapi kita juga hrs bertanya pada diri sendiri bagaimana seharusnya kita menyeimbangkan kepedulian kita untuk memberi hak kepada orang-orang yg telah meninggal dgn kepedulian kita untuk membuat keadaan menjadi terbaik bagi generasi masa depan.11

Perhatian terhadap mereka yg dekat dan kaum kita bersama dengan domain signifikan lainnya dari kehidupan kita yakni apa yg kita hutangi kepada orang-orang yg telah meninggal seharusnya menjadi bagian dari diskusi kita tentang longtermisme dan batasannya. Meskipun longtermisme menawarkan perspektif penting tentang tanggungjawab moral kita terhadap masa depan, filosofi ini hrs diimbangi dgn nilai-nilai lain yg juga fundamental bagi kemanusiaan kita termasuk penghormatan terhadap masa lalu dan praktik-praktik memorialisasi yg telah menjadi bagian integral dari budaya manusia.12

Daftar Pustaka

  • Walters, J. (2025, Oktober 9). Longtermism and its Limits. Blog of the APA. https://blog.apaonline.org/2025/10/09/longtermism-and-its-limits/
  • BBC. (2022, Agustus 7). What is longtermism? BBC Future. https://www.bbc.com/future/article/20220805-what-is-longtermism-and-why-does-it-matter
  • World Economic Forum. (2024, September). What is the UN's Summit of the Future in 2024? https://www.weforum.org/stories/2024/09/un-summit-future-sdgs/
  • United Nations. (2025, September 18). A once-in-a-generation opportunity to shape our common future. https://www.un.org/pact-for-the-future/en
  • Antara News. (2025, Oktober 4). MBG big step to ensuring future healthy generation: UI. https://en.antaranews.com/news/384189/mbg-big-step-to-ensuring-future-healthy-generation-ui
  • The Jakarta Post. (2023, Maret 23). In Ramadan, let's focus on solidarity with future generations. https://www.thejakartapost.com/opinion/2023/03/23/in-ramadan-lets-focus-on-solidarity-with-future-generations.html
  • LSE. (2019, Oktober 29). Building a World Fit for Future Generations. https://www.lse.ac.uk/events/rising-generations
  • Walters, J. (2025, Oktober 9). Longtermism and its Limits. Blog of the APA. https://blog.apaonline.org/2025/10/09/longtermism-and-its-limits/
  • Charter97. (2025, Oktober 10). Luxembourg Has Invested In Bitcoin For Future Generations. https://charter97.org/en/news/2025/10/9/658710/
  • Rolling Stone. (2025, Oktober 15). Solving an Age-Old Problem: Communicating and Collaborating Across Generations. https://www.rollingstone.com/culture-council/articles/solving-old-problem-communicating-collaborating-across-generations-1235446991/
  • World Economic Forum. (2025, Juli). 4 ways to bridge the generation gap. https://www.weforum.org/stories/2025/07/generation-gaps-july-2025/
  • World Economic Forum. (2024, Oktober). Demographic shifts: How to steer towards economic growth. https://www.weforum.org/stories/2024/10/demographic-shifts-ageing-population-economic-growth/
Download PDF tentang Longtermisme dan Ketegangan Mo (telah di download 27 kali)
  • Longtermisme dan ⏳ Batasan Moralnya: Dilema Generasi Masa Depan
    Filosofi longtermisme mengusulkan prioritas moral radikal terhadap generasi masa depan namun menghadapi tantangan fundamental dalam mengakomodasi praktik-praktik memorialisasi dan penghormatan terhadap masa lalu yg telah mendarah daging dlm budaya manusia. Ketegangan antara kewajiban futuristik dan historis ini membuka pertanyaan mendalam tentang batasan-batasan longtermisme sebagai kerangka moral komprehensif dalam menghadapi risiko eksistensial global.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.