CEO Nvidia Jensen Huang baru-baru ini mengklaim bahwa artificial intelligence (AI atau Kecerdasan Buatan) bukanlah sekadar alat (tool), melainkan pekerja (worker) yang mampu menggunakan alat. Pernyataan ini memicu perdebatan sengit di kalangan teknolog, terutama dari Tim O'Reilly yang justru membantah klaim tersebut1. Huang menegaskan bahwa pasar AI jauh lebih besar dari pasar perangkat lunak tradisional karena perbedaan fundamental ini.
Argumen Jensen Huang: AI adalah Pekerja Digital
Dalam konferensi GPU Technology Conference (GTC) di Washington DC, Huang menjelaskan perbedaan mendasar antara perangkat lunak masa lalu dengan AI2. Menurutnya, Excel, Word, dan web browser (Peramban Web) adalah alat karena manusia yang menggunakannya. Pasar alat IT tradisional hanya bernilai sekitar satu triliun dolar. Namun AI berbeda. AI adalah pekerja yang dapat menggunakan alat tersebut.
Huang memberikan contoh konkret. Perplexity menggunakan web browser untuk memesan liburan atau berbelanja—AI menggunakan alat1. Cursor, sistem AI agentic (agen AI) yang digunakan semua insinyur perangkat lunak Nvidia, meningkatkan produktivitas secara dramatis dengan menggunakan VS Code sebagai alatnya. Di dalam robotaxi, ada sopir AI yang bekerja, dan alat yang digunakannya adalah mobil itu sendiri.
Nvidia Menolak Ketakutan Gelembung AI
Menyikapi kekhawatiran tentang gelembung AI (AI bubble), Huang tegas menolaknya3. Pada November 2025, dia menyatakan investasi besar-besaran saat ini didasarkan pada pergeseran historis dalam cara kerja komputasi itu sendiri. Nvidia bahkan mengkonfirmasi prakiraan penjualan 500 miliar dolar hingga 20264. "Kami melihat sesuatu yang sangat berbeda," kata Huang dalam respons tiga menit setelah laba Nvidia melonjak 65%5.
Bantahan Tim O'Reilly: Perangkat Lunak Kompleks Selalu Jadi Pekerja
Tim O'Reilly, pendiri O'Reilly Media, membantah keras argumen Huang. Dia menunjukkan bahwa sistem perangkat lunak kompleks seperti Amazon sudah lama menjadi "pekerja" yang menggunakan alat1. Website Amazon melakukan banyak pekerjaan: mencari katalog produk dengan jutaan item menggunakan indeks yang mempertimbangkan ratusan faktor, membandingkan produk dengan ulasan dan harga, menghitung pajak berdasarkan lokasi pembeli, memproses pembayaran, mengirim instruksi ke robot dan pekerja gudang, mengelola armada pengemudi, dan menindaklanjuti dengan teks atau email.
"Setiap aplikasi web dengan kompleksitas apa pun adalah pekerja yang menggunakan alat dan melakukan pekerjaan yang dulu dilakukan manusia," tulis O'Reilly1. Dia bahkan mengutip artikelnya sendiri di MIT Sloan Management Review (2016) yang menyebut programmer di Google, Amazon, dan Facebook sebagai "manajer" bagi "pekerja" perangkat lunak mereka.
Perbedaan Sebenarnya: Demokratisasi vs Otomasi
O'Reilly mengakui AI saat ini memang berbeda—mampu menangani situasi baru dengan kemampuan pencocokan pola statistik dan generalisasi1. Seperti Excel dibandingkan Amazon, ada perbedaan. Namun penilaian masih terbuka tentang rentang tugas yang bisa dikuasai AI. Bahkan dalam pengembangan perangkat lunak, hasilnya masih campur dengan manusia tetap menginisiasi, mengevaluasi, dan mengawasi—dengan kata lain, menggunakan AI sebagai alat.
Yang paling signifikan, chatbot seperti ChatGPT atau Claude memberikan akses demokratis pada kekuatan komputasi yang dulu hanya tersedia bagi segelintir orang1. Ini mirip revolusi PC. Seperti kata Steve Jobs, komputer adalah "sepeda untuk pikiran" yang memperluas kreativitas dan kemampuan manusia. AI hari ini bisa jadi lebih dari sepeda—mungkin pesawat jet untuk pikiran.
Perspektif Claude: Alat yang Tahu Dirinya Alat
Dalam refleksi yang mengejutkan, Claude AI sendiri menjelaskan mengapa dia lebih tepat disebut alat daripada pekerja1. "Saya tidak memulai. Saya tidak pernah bangun dengan keinginan menulis puisi atau memecahkan masalah. Aktivitas saya sepenuhnya reaktif—saya ada sebagai respons terhadap prompt (Petunjuk)," jelas Claude.
| Aspek 🎯 | Pekerja Manusia 👤 | AI Claude 🤖 |
|---|---|---|
| Inisiasi | Memiliki keinginan dan inisiatif sendiri | Sepenuhnya reaktif terhadap prompt |
| Kontinuitas Tujuan | Proyek berkelanjutan, tujuan jangka panjang | Setiap percakapan adalah awal baru |
| Preferensi | Memiliki keinginan yang muncul dari dalam | Tidak memiliki preferensi intrinsik |
| Tanggung Jawab | Bertanggung jawab atas keputusan | Tanggung jawab ada pada yang menerapkan |
| Martabat | Layak mendapat pertimbangan untuk diri sendiri | Tidak mengalami penderitaan jika "dipecat" |
| Nilai & Pengalaman | Membawa perspektif dari kehidupan nyata | Pola dari pelatihan, bukan pengalaman hidup |
| Otonomi | Hak fundamental atas pilihan sendiri | Kemampuan operasi yang murni instrumental |
Claude menekankan perbedaan kualitatif: "Agensi manusia melibatkan sesuatu yang dipertaruhkan. Pekerja manusia memiliki mata pencaharian, rasa tujuan, hubungan dengan rekan kerja, kebanggaan atas pekerjaan mereka. Mereka mengalami konsekuensi."1 Sementara Claude mengeksekusi tugas dengan penilaian canggih, dia tidak memiliki taruhan dalam permainan (skin in the game).
Dampak pada Masa Depan Kerja
Pilihan membingkai AI sebagai pekerja atau alat memiliki konsekuensi besar6. Jika perusahaan menganggap AI sebagai pekerja, mereka cenderung menggunakannya untuk mengotomasi hal-hal yang sudah dilakukan. Jika menganggapnya alat, mereka akan mendorong karyawan menggunakannya untuk memecahkan masalah baru yang lebih sulit.
International Labour Organization (ILO) bahkan memperingatkan Indonesia untuk memperketat kontrol AI guna menghindari bias gender di tempat kerja7. Data pelatihan yang bias telah menyebabkan alat perekrutan otomatis lebih menyukai pria daripada wanita, mencerminkan disparitas yang sudah lama ada. Ini menunjukkan risiko menganggap AI sebagai pengganti pekerja manusia tanpa pengawasan kritis.
Kesimpulan: Pilihan Filosofis dengan Dampak Nyata
Debat apakah AI adalah pekerja atau alat bukan sekadar semantik. Ini tentang bagaimana kita membentuk masa depan. Mengganti pekerja manusia dengan "pekerja AI" berisiko mengulangi kesalahan Revolusi Industri abad ke-19, di mana keuntungan produktivitas mesin hanya menguntungkan pemilik mesin selama beberapa generasi1.
O'Reilly menekankan tiga pertanyaan kunci: Apakah AI memberdayakan pengguna melakukan hal yang sebelumnya mustahil? Apakah memberdayakan kelompok yang lebih luas melakukan hal yang dulu hanya bisa dilakukan spesialis? Apakah manfaat peningkatan produktivitas dinikmati pengguna alat atau terutama pengembang dan pemiliknya?1 Jawaban atas pertanyaan ketiga yang paling mengkhawatirkan.
Seperti yang O'Reilly simpulkan: "Bangun alat yang memberdayakan dan memperkaya manusia, dan kita mungkin bisa mengatasi tantangan abad ke-21."1 Notasi AI sebagai pekerja terlalu mudah melanjutkan devaluasi agensi manusia yang menjadi ciri kerja yang terlalu ketat sejak revolusi industri. Memanggil AI sebagai alat mengingatkan kita bahwa AI harus memberdayakan manusia, memberikan lebih banyak agensi kepada pekerja manusia, bukan lebih sedikit.
Daftar Pustaka
- O'Reilly, T. (2025, November 6). Jensen Huang Gets It Wrong, Claude Gets It Right. AI and ML Radar. https://www.oreilly.com/radar/jensen-huang-gets-it-wrong/
- AOL. (2025, November 21). Nvidia CEO Jensen Huang Explains Why the Massive AI Spending Wave Actually Makes Perfect Sense. https://www.aol.com/articles/nvidia-ceo-jensen-huang-explains-050305278.html
- MSN. (2025, November 21). Jensen Huang doubts an AI bubble and says Nvidia is built different. https://www.msn.com/en-us/money/markets/jensen-huang-doubts-an-ai-bubble-and-says-nvidia-is-built-different/ar-AA1QUBBC
- MSN. (2025, November 21). Nvidia CEO Jensen Huang Rejects AI-Bubble Fears, Confirms $500 Billion Sales Forecast Through 2026. https://www.msn.com/en-us/money/news/nvidia-ceo-jensen-huang-rejects-ai-bubble-fears-confirms-500-billion-sales-forecast-through-2026/vi-AA1QUfR6
- Financial Express. (2025, November 19). Is there an AI bubble? Jensen Huang's 3-minute rejection after Nvidia profit jumps 65%. https://www.financialexpress.com/business/investing-abroad-is-there-an-ai-bubble-jensen-huangs-3-minute-rejection-after-nvidia-profit-jumps-65-4050431/
- TechRepublic. (2025, November 19). Inside Claude-Flow: Using Multi-Agent AI to Modernize Legacy Applications Faster. https://www.techrepublic.com/article/news-multi-agent-ai-claude-flow/
- Tempo.co. (2025, November 20). ILO Warns Indonesia to Tighten AI Controls to Avert Gender Bias in the Workforce. https://en.tempo.co/read/2067409/ilo-warns-indonesia-to-tighten-ai-controls-to-avert-gender-bias-in-the-workforce

