{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Startup Drone Pertanian Guardian Agriculture Tutup Setelah Gagal Amankan Dana - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Startup Drone Pertanian Guardian Agriculture Tutup Setelah Gagal Amankan Dana
24
September 2025

Startup Drone Pertanian Guardian Agriculture Tutup Setelah Gagal Amankan Dana

  • 1
  • 24 September 2025

Guardian Agriculture, perusahaan startup yg berbasis di Woburn, Massachusetts, resmi menutup operasinya pada akhir Agustus 2025 setelah gagal mendapatkan pendanaan tambahan. Keputusan ini menjadi pukulan berat bagi industri agtech (teknologi pertanian) dan robotika yg tengah berkembang pesat.

Latar Belakang Perusahaan dan Inovasi SC1

Didirikan tahun 2017, Guardian Agriculture berhasil menarik perhatian sektor teknologi pertanian dgn drone SC1-nya. Quadcopter otonom ini dirancang khusus untuk penyemprotan tanaman dgn bobot sekitar 600 pon (272,1 kg) dan mampu membawa hingga 200 pon (90,7 kg) pupuk atau pestisida1. Kemampuannya mencakup area seluas 60 acre per jam membuatnya menjadi solusi yang menarik bagi para petani modern.

SC1 dilengkapi empat propeler berukuran 80 inci (203,2 cm), tangki berkapasitas 20 galon (75,7 L), dan spray boom sepanjang 18 kaki (5,4 m). Seorang sumber menggambarkan drone ini "seukuran SUV kecil", menunjukan skala besar teknologi yang dikembangkan perusahaan ini2.

Pencapaian Regulasi FAA yang Bersejarah

April 2023 menandai pencapaian bersejarah ketika SC1 memperoleh persetujuan dari Federal Aviation Administration (FAA) untuk beroperasi secara nasional di Amerika Serikat. Guardian Agriculture mengklaim bahwa SC1 menjadi sistem electric vertical take-off and landing (eVTOL) pertama yg diotorisasi secara komersial di AS3.

Pengakuan Industri dan Media

Prestasi teknologi Guardian tidak luput dari perhatian media. Majalah Time memasukkan SC1 dlm daftar "Best Inventions of 2024", sementara The Robot Report menampilkannya sebagai salah satu pilihan utama dari World Ag Expo 20234. Pengakuan ini menunjukkan potensi besar teknologi yang dikembangkan perusahaan.

Tantangan Komersialisasi dan Kendala Finansial

Meskipun memiliki teknologi canggih, Guardian Agriculture menghadapi kesulitan serius dalam mengkomersialisasikan produknya. Menurut sumber yang familiar dgn bisnis perusahaan, Guardian hanya memiliki satu pelanggan berbayar pada saat penutupan operasi5. MIT News melaporkan bahwa perusahaan telah membangun delapan unit SC1 hingga Juni 2025, yang sedang melakukan uji coba dgn pelanggan berbayar di ladang-ladang California.

Email Penutupan dari CEO Ashley Ferguson

Dalam email internal tertanggal 22 Agustus yang diperoleh The Robot Report, CEO Ashley Ferguson menyampaikan berita menyedihkan kepada karyawan: "Dengan sangat sedih saya menyampaikan berita berikut. Kami tidak memiliki cukup uang tunai untuk membawa karyawan kembali bekerja minggu depan (atau menanggung tunjangan ke depannya)"6.

Ferguson juga menjelaskan bahwa perusahaan "tidak memiliki komitmen kas yang cukup dari investor hari ini untuk uang muka guna memperpanjang masa kerja karyawan, jadi kami harus membuat keputusan sulit untuk membubarkan tim dan Guardian, efektif hari ini".

Riwayat Pendanaan dan Investor

Berdasarkan data Crunchbase, Guardian Agriculture berhasil mengumpulkan $51,7 juta melalui lima putaran pendanaan. Pendanaan terbesar adalah Series A senilai $20 juta yg dipimpin Fall Line Capital pada pertengahan 20237. Namun, jumlah pendanaan ini tampaknya tidak cukup untuk mengatasi tantangan komersialisasi yang dihadapi perusahaan.

Fall Line Capital kini mengelola proses likuidasi perusahaan, meskipun belum memberikan respons ketika dihubungi untuk komentar. Proses ini mencakup eksplorasi kemungkinan akuisisi oleh pihak lain, namun sayangnya tidak mengatasi masalah keuangan mendesak yang dihadapi perusahaan.

Perkembangan Industri Robotika Pertanian

Penutupan Guardian Agriculture menyoroti tantangan dalam industri robotika pertanian, dimana biaya riset dan pengembangan tinggi, siklus adopsi yang panjang, dan pendapatan awal yang terbatas sering kali membatasi startup meskipun memiliki reputasi baik8.

Namun, sektor ini tetap menarik investor. 4AG Robotics baru-baru ini mengumpulkan $29 juta untuk robot pemanen jamur, TRIC Robotics memperoleh $5,5 juta dalam pendanaan seed untuk kontrol hama dan penyakit tanaman otonom, dan Beewise menutup pendanaan Series D $50 juta untuk BeeHome bertenaga AI yang memantau kesehatan sarang lebah9.

Akuisisi John Deere dan Tren Konsolidasi

John Deere juga mengakuisisi GUSS Automation, pengembang otonomi tanaman yang berbasis di Kingsburg, California bulan lalu. Kedua perusahaan telah menjalin joint venture sejak 2022 dan kini mengambil komitmen lebih jauh10. Ini menunjukkan bahwa meskipun startup kecil menghadapi kesulitan, perusahaan besar terus berinvestasi dalam teknologi pertanian otonom.

Kesimpulan

Penutupan Guardian Agriculture menunjukkan kompleksitas mengkomersialkan teknologi pertanian canggih. Meskipun memiliki produk inovatif yang mendapat pengakuan industri dan persetujuan regulasi, perusahaan tetap gagal menciptakan model bisnis yang berkelanjutan. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi startup teknologi pertanian lainnya tentang pentingnya strategi komersialisasi yang efektif, bukan hanya inovasi teknologi semata.

Kegagalan Guardian juga mengingatkan bahwa investasi dalam hardware pertanian memerlukan kesabaran dan komitmen jangka panjang. Sementara teknologi terus berkembang pesat, adopsi di lapangan sering kali lebih lambat dari yang diharapkan para pendiri startup.

Referensi

Download PDF tentang Analisis Faktor-Faktor Kegagal (telah di download 0 kali)
  • Startup Drone Pertanian Guardian Agriculture Tutup Setelah Gagal Amankan Dana
    Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan komersialisasi teknologi electric vertical take-off and landing (eVTOL) dalam industri pertanian melalui studi mendalam terhadap penutupan Guardian Agriculture. Studi ini mengeksplorasi tantangan teknis, regulasi, finansial, dan pasar yang dihadapi startup teknologi pertanian dalam mengimplementasikan solusi robotika canggih untuk aplikasi komersial di Amerika Serikat.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.