{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Agribisnis Korporat 🏭 Ancam Munculnya Pandemi Baru - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Agribisnis Korporat 🏭 Ancam Munculnya Pandemi Baru
23
November 2020

Agribisnis Korporat 🏭 Ancam Munculnya Pandemi Baru

  • 1
  • 23 November 2020
Agribisnis Korporat 🏭 Ancam Munculnya Pandemi Baru

Pandemi bukan sekadar proses alami. Sistem peternakan industrial berbasis profit (for-profit agribusiness) menciptakan kondisi sempurna bagi kemunculan virus mematikan yang melompat dari hewan ke manusia1. Daniel Tarade, ahli biologi evolusi, menyatakan bahwa 70% penyakit menular berasal langsung dari hewan atau bersifat zoonosis (zoonotic). Ini bukan kebetulan semata—ada hubungan struktural antara cara kita memproduksi makanan dengan frekuensi wabah global.

Sejarah mencatat pola berulang. Tuberkulosis menyebar cepat di kawasan kumuh industrial pada awal 1900-an, menjadi pembunuh nomor satu di negara-negara industri2. Flu Spanyol 1918 menumpang pasukan Amerika yang dikirim untuk perang imperial. Media disensor demi upaya perang, sementara parade obligasi perang di Philadelphia menewaskan ribuan orang—bukti tekanan korporat dan imperial memaksa kontak manusia bahkan ketika ilmuwan memperingatkan bahaya.

Kasus H1N1: Ketika NAFTA Melahirkan Pandemi

Flu babi H1N1 tahun 2009 seharusnya disebut "flu NAFTA". Rob Wallace, ahli biologi evolusi marxis, melacak asal strain ini ke peternakan babi milik korporasi Smithfield dekat episentrum di Vera Cruz, Meksiko3. Smithfield mulai mengkonsolidasikan peternakan di Meksiko tahun 1994, persis ketika NAFTA berlaku. Seperti semua perjanjian perdagangan bebas, NAFTA membebaskan modal melintasi perbatasan sementara mengekang manusia yang kabur dari kekerasan.

Mengapa Meksiko? Regulasi lingkungan lemah atau bahkan tidak ada dibanding Amerika di mana Smithfield rutin melanggar aturan. Namun bukti genetik yang benar-benar mengejutkan. Strain pandemi 2009 adalah hasil pencampuran lima strain influenza berbeda: unggas Amerika Utara, babi Amerika Utara, babi Eurasia, dan manusia1. Ketika hewan terinfeksi dua strain sekaligus, komponen genetik bisa bertukar. Kebanyakan virus hibrid adalah sampah evolusioner—tetapi sesekali muncul strain sangat virulen dan patogen.

Virus 🦠Tahun MunculInang Hewan 🐾Kasus KonfirmasiTingkat Kematian ☠️Status
H1N1 (Flu Babi)2009BabiJutaanRatusan ribu tewasPandemi global
H5N1 (Flu Burung)1997Unggas861 (2003-2020)52.8% (455 tewas)Wabah sporadis
Nipah1998Kelelawar/Babi<1000~60%Film Contagion terinspirasi ini
MERS2012Unta~2500~35%Endemik Timur Tengah
SARS-CoV2003Musang/Rakun8098~10%Terkendali
SARS-CoV-22019Kelelawar (diduga)Ratusan jutaBervariasiPandemi COVID-19
Berbagai strain baruSetiap tahunMultiple--5 penyakit baru/tahun

Sistem Vertikal-Terintegrasi: Pabrik Virus Modern

Ada bukti proses percepatan. Hingga 1998, strain H1N1 yang beredar di babi Amerika Utara stabil. Sejak tahun itu, bentuk virulen baru muncul hampir setiap tahun di peternakan babi Amerika Utara3. Ini struktural, bukan kebetulan alam.

Wallace berpendapat stockbreeding vertikal-terintegrasi yang berasal dari Amerika tahun 70-an—sekarang standar industri—adalah ancaman eksistensial. Sistem ini menjejalkan ribuan babi dan unggas monokultur ke dalam kandang sempit, kadang bersama-sama, lalu mengirim mereka ke seluruh dunia. Korporasi memanfaatkan negara-negara "global south" dengan upah murah dan regulasi longgar. Pinjaman IMF (International Monetary Fund) melemahkan infrastruktur kesehatan hewan seperti yang terjadi di Meksiko sejak tahun 80-an1.

Meskipun pandemi 2009 "hanya" membunuh ratusan ribu orang (lebih ringan dari proyeksi awal), kepatuhan praktik pertanian pada keserakahan korporat terus mengancam kita4. Dan ancaman datang bertubi-tubi.

COVID-19 dan Plot Twist Denmark

SARS-CoV-2 kemungkinan besar berasal dari kelelawar berdasarkan analisis genetik, dengan materi genetik hampir identik dengan coronavirus dari kelelawar tapal kuda di provinsi Yunnan5. Dari kelelawar, banyak jalur menuju manusia—satu hipotesis fokus pada pasar basah (wet market) Wuhan yang menjejalkan hewan eksotik hidup dalam sangkar. Pejabat kesehatan dan ilmuwan meneliti pasar semacam ini setelah wabah SARS 2003, ketika musang, anjing rakun, dan pekerja pasar terbukti membawa SARS-CoV6.

China melarang perdagangan satwa liar pasca-SARS tetapi larangan ini temporer. Bahkan jika kita mengakui agribisnis berbasis profit menciptakan kondisi ideal bagi strain pandemi muncul, beberapa orang membayangkan solusinya adalah investasi lebih besar dalam pengawasan, teknologi, obat, dan vaksin. Lagi pula, Pfizer mengumumkan vaksinnya 90% efektif (situasi tidak biasa mengumumkan hasil uji klinis yang masih berlangsung, CEO Pfizer menjual saham senilai $5 juta hari itu juga).

Tapi agribisnis mengancam kita dengan plot twist. Denmark adalah produsen bulu cerpelai (mink) terbesar dunia. 20% peternakan cerpelai mengalami wabah COVID-19—pada cerpelai itu sendiri. Ratusan orang tertular COVID-19 dari cerpelai, namun yang paling mengkhawatirkan adalah dua belas orang dari cluster 51. Di sini ilmuwan mengamati mutasi pada protein spike SARS-CoV-2 yang tidak terlihat pada virus dari manusia. Ini target utama vaksin karena protein spike ada di luar virus. Hasil awal menunjukkan antibodi dari penyintas COVID-19 kurang efektif menetralkan strain ini.

Satu-satunya bukti yang kita butuhkan untuk memastikan gravitasnya adalah perintah pemerintah Denmark membasmi semua cerpelai di negara itu—17 juta ekor. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah tindakan ini datang tepat waktu.

Kesimpulan

Kita cepat mendekati situasi di mana sistem tidak bisa mengikuti lagi. Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services merilis laporan awal tahun ini menyoroti lima penyakit baru muncul pada manusia setiap tahun. Mereka memperkirakan 1,7 juta virus belum ditemukan pada inang unggas dan mamalia, dan sepertiga hingga setengahnya berpotensi menginfeksi manusia1. Tidak berbeda dengan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), prognosis suram menggantung di udara.

Tetapi institusi birokratis ini tidak bisa memberikan visi perubahan sistem ketika mereka tertanam dalam sistem itu sendiri. Solusi yang muncul dari pemerintah neoliberal hanya akan mengatasi beberapa gejala krisis dan secara tidak proporsional menguntungkan populasi kaya sementara kita semua menderita konsekuensinya, apa pun itu nanti.

Daftar Pustaka

  • Tarade, D. (2020). Contradictions in Capitalism — For-profit Agribusiness Threatens Everything. The Meaning of Life Type Stuff. Diakses dari https://www.lifetypestuff.com/blog/2020/11/17/contradictions-in-capitalism-for-profit-agribusiness-threatens-everything
  • van Helden, P. D. (2003). The economic divide and tuberculosis: Tuberculosis is not just a medical problem, but also a problem of social inequality and poverty. EMBO reports, 4(S1), S24-S28.
  • Wallace, R. (2016). Big farms make big flu: dispatches on influenza, agribusiness, and the nature of science. NYU Press.
  • Dawood, F.S., et al. (2012). Estimated global mortality associated with the first 12 months of 2009 pandemic influenza A H1N1 virus circulation: a modelling study. The Lancet infectious diseases, 12(9), 687-695.
  • Zhang, Y. Z., & Holmes, E. C. (2020). A genomic perspective on the origin and emergence of SARS-CoV-2. Cell.
  • Webster, R. G. (2004). Wet markets—a continuing source of severe acute respiratory syndrome and influenza?. The Lancet, 363(9404), 234-236.
Download PDF tentang Kontradiksi Struktural Agribis (telah di download 0 kali)
  • Agribisnis Korporat 🏭 Ancam Munculnya Pandemi Baru
    Penelitian ini mengkaji hubungan kausal antara sistem produksi agribisnis vertikal-terintegrasi berbasis profit dengan akselerasi kemunculan virus zoonosis pandemik melalui pendekatan filogeografi molekuler dan analisis ekonomi politik, dengan fokus khusus pada kasus H1N1 (2009), SARS-CoV-2, dan berbagai patogen emergen lainnya yang mengancam kesehatan publik global.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.