{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Fenomena "Tukang Sepatu Kritik Lukisan" Merambah Era AI dan Media Sosial - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Fenomena "Tukang Sepatu Kritik Lukisan" Merambah Era AI dan Media Sosial
16
June 2025

Fenomena "Tukang Sepatu Kritik Lukisan" Merambah Era AI dan Media Sosial

  • 2
  • 16 June 2025
Fenomena "Tukang Sepatu Kritik Lukisan" Merambah Era AI dan Media Sosial

Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang selalu punya opini kuat tentang segala hal, meski pengetahuannya terbatas? Fenomena ini dlm dunia psikologi disebut ultracrepidarianism - kecenderungan memberikan pendapat dlm bidang yg bukan keahliannya1. Era digital kini memperparah masalah tersebut.

Istilah ultracrepidarianism berasal dari kisah pelukis Yunani kuno, Apelles, yang dikritik seorang tukang sepatu karena cara menggambar sandal dlm lukisannya. Apelles merespons bijak: "Sutor, ne ultra crepidam" atau "Tukang sepatu, jangan menilai melampaui sandal"2. Intinya, berpegang pada apa yg kita ketahui!

Mengapa Orang Menjadi Ultracrepidarian?

Ada beberapa faktor psikologis yg mendorong seseorang berperilaku seperti ini. Pertama adalah Dunning-Kruger Effect - mereka tidak tahu cukup untuk menyadari ketidaktahuan mereka sendiri3. Kedua, ego yang menggelembung membuat mereka yakin opininya berharga untuk topik apapun.

Tekanan sosial juga berperan penting. Dlm beberapa situasi, orang merasa terpaksa berkontribusi dlm percakapan meski kekurangan pengetahuan memadai4. Fenomena ini semakin diperkuat oleh media sosial yg memungkinkan siapa saja menyampaikan pendapat tanpa verifikasi.

Bahaya Nyata Ultracrepidarianism di Era Modern

Meski terkadang tampak tidak berbahaya, ultracrepidarianism bisa menimbulkan konsekuensi serius. Penyebaran informasi salah dapat mengakibatkan pengambilan keputusan buruk dan tindakan yang merugikan5. Kasus misinformasi tentang vaksin atau pengobatan alternatif adalah contoh nyata dampak negatifnya.

Erosi Kepercayaan Publik

Ketika seseorang terus memberikan opini di luar keahliannya, hal ini merusak kredibilitas mereka dan membuat orang lain sulit mempercayai penilaian mereka6. Dlm konteks yang lebih luas, hal ini berkontribusi pada erosi kepercayaan publik terhadap lembaga dan ahli yang sebenarnya kompeten.

Menghambat Diskusi Konstruktif

Dominasi percakapan dengan opini yang tidak berdasar dapat menghalangi orang lain berbagi wawasan berharga. Ini menciptakan lingkungan di mana suara yang paling keras, bukan yang paling berpengetahuan, yang didengar7.

Peran Teknologi dan AI dlm Fenomena Ini

Era Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) telah menciptakan paradoks baru. Sementara AI dapat memberikan akses informasi yang lebih luas, ia juga memungkinkan orang untuk tampil lebih berpengetahuan daripada yg sebenarnya8. Chatbot dan asisten AI sering kali memberikan jawaban yang terdengar otoritatif, meski belum tentu akurat.

Media sosial mempercepat penyebaran ultracrepidarianism dengan memberikan platform kepada siapa saja untuk menyuarakan pendapat. Algoritma yang memprioritaskan engagement seringkali mengangkat konten kontroversial atau sensasional, terlepas dari akurasinya9.

Strategi Mengatasi Ultracrepidarianism

Kesadaran Diri adalah Kunci

Langkah pertama adalah mengenali batasan pengetahuan kita sendiri. Tidak apa-apa mengakui "Saya tidak tahu cukup tentang hal itu untuk memberikan pendapat yang berdasar"10. Self-awareness atau kesadaran diri ini sangat krusial dlm membangun kredibilitas jangka panjang.

Mendengarkan Aktif

Fokus pada memahami perspektif orang lain sebelum menawarkan pendapat kita sendiri. Active listening (mendengarkan aktif) memungkinkan kita belajar dari orang yang lebih berpengetahuan sebelum berkontribusi dlm diskusi11.

Kerendahan Hati dan Keterbukaan

Bersikap terbuka untuk belajar dari orang lain dan mengakui ketika kita salah. Kerendahan hati ini tidak menunjukkan kelemahan, tetapi justru menandai kematangan intelektual12.

Kesimpulan

Dlm dunia dengan isu-isu yang semakin kompleks, sangat penting untuk mengenali batasan keahlian kita. Mari kita berusaha menjadi lebih berpengetahuan, penuh perhatian, dan rendah hati dlm percakapan kita. Biarkan kritik sepatu untuk tukang sepatu, dan kita fokus pada bidang dimana kita benar-benar memiliki kompetensi. Fenomena ultracrepidarianism dapat diatasi dengan kesadaran kolektif dan komitmen pada diskusi yang lebih berkualitas.

Referensi

  • Granville, K. (2025, 16 Juni). Do You Know a "Cobbler" Who Critiques Paintings? Understanding Ultracrepidarianism According to AI. After Dinner Conversation. https://www.afterdinnerconversation.com/news/ultracrepidarianism-by-ai-4t8tt
  • Psychology Today. (2023, 24 Maret). Ultracrepidarianism. https://www.psychologytoday.com/ca/blog/the-heart-addiction/201812/ultracrepidarianism
  • The Jakarta Post. (2025, 2 September). The cost of erosion of public trust in government. https://www.thejakartapost.com/opinion/2025/09/03/the-cost-of-erosion-of-public-trust-in-government.html
  • Forbes. (2025, 17 September). Rebuilding Workplace Trust After Layoffs: Why Empathy Matters More Than Positivity. https://www.forbes.com/sites/forbesbooksauthors/2025/09/17/rebuilding-workplace-trust-after-layoffs-why-empathy-matters-more-than-positivity/
  • Daily Post. (2025, 18 September). 2027: Centre pushes for robust voters' education to tackle misinformation. https://dailypost.ng/2025/09/18/2027-centre-pushes-for-robust-voters-education-to-tackle-misinformation/
  • IOL. (2025, 16 Juli). Erosion of public trust in South Africa: Understanding the crisis and potential solutions. https://www.iol.co.za/news/south-africa/2025-07-17-erosion-of-public-trust-in-south-africa-understanding-the-crisis-and-potential-solutions/
  • WBIR. (2025, 17 September). Experts discuss how AI, social media contribute to misinformation in light of Charlie Kirk's killing. https://www.wbir.com/article/news/national/charlie-kirk/experts-discuss-ai-social-media-contribute-misinformation-charlie-kirk-killing/51-278c5008-fcfa-44e1-9e1c-a949fd21723f
  • Inc. (2025, 17 September). Anthropic's Claude AI Has 1 Killer Use Case, According to New Data. https://www.inc.com/ben-sherry/anthropics-claude-ai-has-1-killer-use-case-according-to-new-data/91240506
  • My Charisma. (2025, 16 September). Misinformation and Conspiracy Theories Explode After Charlie Kirk Assassination. https://mycharisma.com/culture/misinformation-and-conspiracy-theories-explode-after-charlie-kirk-assassination/
  • Psychology Today. (2025, 25 Juni). Building Self-Awareness: Why It's More Than Looking Inward. https://www.psychologytoday.com/gb/blog/everyday-resilience/202506/building-self-awareness-why-its-more-than-looking-inward
  • Leadership NG. (2025, 7 September). Why Active Listening Is Vital In Strengthening Parent-child Relationships. https://leadership.ng/why-active-listening-is-vital-in-strengthening-parent-child-relationships/
  • Johns Hopkins Medicine. (2025, 2 September). September Is Self-Care Awareness Month. https://www.hopkinsmedicine.org/news/newsroom/news-releases/2025/09/september-is-self-care-awareness-month
Download PDF tentang Ultracrepidarianism dlm Era Ke (telah di download 1 kali)
  • Fenomena "Tukang Sepatu Kritik Lukisan" Merambah Era AI dan Media Sosial
    Penelitian ini mengkaji fenomena ultracrepidarianism atau kecenderungan memberikan opini di luar bidang keahlian yang semakin menguat dlm era teknologi digital dan kecerdasan buatan. Studi ini menganalisis bagaimana media sosial dan AI chatbots memperparah penyebaran misinformasi, serta dampaknya terhadap erosi kepercayaan publik terhadap institusi dan ahli yang kompeten. Melalui pendekatan multi-disipliner, penelitian ini menawarkan framework untuk memahami kompleksitas ultracrepidarianism modern.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.