Revolusi Pendidikan Etika dalam Era Kecerdasan Buatan
Dalam dekade terakhir, minat terhadap isu etis yang terkait dengan komputasi, terutama mengenai artificial intelligence (AI) dan big data, telah melonjak drastis1. Program embedded ethics atau etika tertanam dlm ilmu komputer menjadi pendekatan revolusioner yg mengintegrasikan pendidikan etika ke dalam kursus ilmu komputer yang sudah ada. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang memisahkan mata kuliah etika, metode ini menciptakan perkawinan erat antara konten teknis dan etis.
Profesor John Basl dari tim Value Analysis in Design di Northeastern University menekankan bahwa "program etika tertanam berorientasi pada tujuan membuat siswa lebih reflektif kritis tentang desain, penggunaan, dan tata kelola teknologi komputasi"2. Implementasi tipikal dari etika tertanam merealisasikan tujuan-tujuan ini melalui pengembangan modul yang dapat disisipkan ke dalam kursus yg menggabungkan konten teknis kursus dengan isu etis yang ditimbulkan topik tersebut.
Mengapa Filsuf Harus Peduli?
Tidak seperti bidang lain seperti kesehatan dan kedokteran, hukum, dan beberapa sub-bidang rekayasa yang memiliki ekosistem etika yg mapan, sebagian besar domain komputasi tidak memiliki ekosistem etika yang setara3. Pada saat yg sama, terdapat pengakuan luas bahwa desain, pengembangan, dan penyebaran sistem AI bertabrakan dengan isu-isu etis penting yang belum terselesaikan.
Katie Creel dari Northeastern University menjelaskan bahwa banyak ilmuwan komputer yg berinteraksi dengan tim mereka akan menghargai, misalnya, prosedur untuk memutuskan metrik keadilan mana yang digunakan untuk kasus penggunaan tertentu4. Namun mereka juga dapat melihat mengapa prosedur semacam itu tidak akan datang begitu saja!
Contoh Implementasi di Berbagai Universitas
Program etika tertanam telah berhasil diimplementasikan di beberapa institusi terkemuka. Di Northeastern, satu modul dikembangkan untuk kursus tingkat atas tentang data mining dan machine learning meminta siswa mengevaluasi tradeoff potensial antara akun filosofis keadilan yg berbeda sebelum menghubungkannya dengan kerja teknis pada tradeoff antara metrik keadilan5.
Sementara di Harvard, modul dikembangkan untuk kursus computer vision tingkat lanjut memeriksa implikasi deepfakes pada tingkat kepercayaan dalam masyarakat kita dan bagaimana kita mungkin mengembangkan teknologi baru utk mendapatkan kembali kepercayaan satu sama lain yg dengan cepat hilang karena teknologi baru ini6.
Manfaat bagi Departemen Filsafat
Pengembangan program etika tertanam dan hubungan dekat dengan ilmuwan komputer serta departemen ilmu komputer memberikan berbagai manfaat potensial. Terdapat peluang pendanaan berkelanjutan untuk mengembangkan dan memperluas program etika tertanam7. Peluang pendanaan ini dapat menyediakan sumber daya untuk postdocs, course buyouts, dan pelatihan fakultas untuk lebih baik terlibat dengan isu dalam etika AI.
Northeastern telah mengembangkan jurusan gabungan CS dan Filsafat yang sekarang memiliki lebih dari 200 siswa8. Meskipun tidak secara langsung dikaitkan dengan modul etika itu sendiri, sumber daya untuk mempekerjakan fakultas dan mengembangkan jurusan tersebut didasarkan pada hubungan kuat dengan college ilmu komputer yg dikembangkan melalui program etika tertanam.
Tantangan dan Masa Depan
Menciptakan modul etika yang efektif dengan konten yg berbicara langsung kepada pekerjaan dalam kursus CS tertentu bisa menjadi kerja keras. Diperlukan pemikiran hati-hati tentang jenis tujuan pembelajaran dan konten filosofis yang tepat untuk konteks tersebut, belum lagi mengembangkan keterampilan interdisipliner dan pengetahuan konten CS yg diperlukan9.
Kabar baiknya adalah bahwa adopter baru dari model tersebut sudah akan memiliki beberapa sumber daya pengajaran untuk dikonsultasikan, karena banyak program etika tertanam, seperti Harvard, Stanford, dan Toronto, memiliki repositori modul untuk memulai tim10.
Kesimpulan
Program etika tertanam menawarkan peluang luar biasa bagi filsuf untuk terlibat dengan siswa dan membantu mengembangkan keterampilan, kapasitas, dan pengetahuan yang banyak dari kita lihat sebagai inti disiplin kita sambil memiliki dampak penting. Pendekatan ini tidak hanya mengatasi tantangan skala dan kendala kurikuler, tetapi juga memberikan peluang bermakna bagi filsuf untuk berkontribusi dalam pendidikan komputasi yang bertanggung jawab.
Referensi
- Daily Nous. (2025, Agustus 5). Philosophers and Embedded Ethics (guest post). Retrieved from https://dailynous.com/2025/08/05/philosophers-and-embedded-ethics-guest-post/
- Northeastern University Value Analysis in Design Team. (2025). Embedded Ethics Programming in Computer Science Education.
- Harvard University Embedded EthiCS Team. (2025). Ethics Integration in Computing Curriculum.
- Creel, K., et al. (2025). Fairness Metrics and Philosophical Accounts in Machine Learning.
- Basl, J., et al. (2025). Data Mining Ethics Module Implementation.
- Harvard Computer Vision Ethics Module. (2025). Deepfakes and Societal Trust.
- Mozilla Foundation & NSF. (2025). Embedded Ethics Funding Opportunities.
- Northeastern University. (2025). Combined CS and Philosophy Major Statistics.
- Embedded Ethics Development Challenges. (2025). Interdisciplinary Skills Requirements.
- Stanford, Harvard, Toronto Universities. (2025). Embedded Ethics Module Repositories.