Kementerian Pertahanan berhasil mengembangkan sistem kendaraan pembawa mortir 81mm indigenous yang mampu menghemat biaya impor hingga 59,5%. Program Litbang Kendaraan Sistem Pembawa Mortir 81mm Tahap 2-2 menunjukkan capaian luar biasa dgn time-to-fire hanya 87 detik dan tingkat kandungan lokal mencapai 67%.
Inovasi Teknologi Militer Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan telah menyelesaikan program strategis yang dimulai pada paruh kedua tahun 2022. Kolaborasi dengan PT. SAS AERO SISHAN menghasilkan sistem kendaraan tempur mobile yg mengintegrasikan mortir 81mm dengan platform 6×6 berkemampuan tinggi1. Sistem ini dirancang khusus untuk memberikan solusi fire support yang responsif bagi TNI AD dalam menghadapi berbagai kondisi medan dan cuaca Indonesia.
Keberhasilan integrasi teknologi ini menunjukan kemampuan industri pertahanan nasional dlm mengembangkan alutsista canggih. Platform kendaraan 6×6 yang dipilih memberikan mobilitas optimal, sementara sistem mortir 81mm memberikan kemampuan tembakan presisi dengan akurasi CEP (Circular Error Probable) 15 meter pada jarak 3.000 meter.
Spesifikasi Teknis dan Performa
Kemampuan Operasional
Sistem ini dilengkapi teknologi canggih termasuk fire control digital dengan GPS/INS, hydraulic stabilization, automatic ammunition handling, serta perlindungan balistik level 3A. Stabilitas tembakan tetap akurat hingga kemiringan medan 15°, memungkinkan operasi di terrain yang menantang2. Time-to-fire 87 detik menjadi keunggulan utama yg memungkinkan respons cepat dalam situasi pertempuran.
Uji coba mobilitas, gunnery, dan lingkungan telah dilakukan secara komprehensif. Hasilnya menunjukkan kinerja yang memenuhi spesifikasi operasional TNI AD dengan standar internasional. Sistem perlindungan balistik level 3A memberikan keamanan memadai bagi kru kendaraan dalam operasi militer.
Teknologi Kritis yang Dikuasai
Program ini berhasil menguasai teknologi kritis seperti vehicle-weapon integration, digital fire control, dan modular armor. Penguasaan teknologi ini menjadi fondasi penting untuk pengembangan varian kendaraan tempur terintegrasi lainnya di masa depan3. Tingkat kandungan lokal 67% menunjukkan kemandirian industri pertahanan nasional yang semakin kuat.
Analisis Ekonomi dan Dampak Strategis
Biaya produksi per unit mencapai Rp12,8 miliar dengan proyeksi penghematan biaya 59,5% dibandingkan impor. Angka ini sangat signifikan dalam konteks anggaran pertahanan nasional. Potensi ekspor senilai USD125 juta untuk 50 unit membuka peluang Indonesia menjadi eksportir alutsista di kawasan4.
Dampak strategis program ini mencakup peningkatan kemampuan respons TNI AD, pengurangan ketergantungan impor alutsista, dan penguatan industri pertahanan nasional. Model kolaborasi antara pemerintah dan industri pertahanan terbukti efektif dlm mengembangkan alutsista indigenous yang cost-effective dan maju secara teknologi.
Implementasi dan Transfer Teknologi
Kodam III/Siliwangi telah melaksanakan program Transfer of Technology (TOT) untuk kendaraan sistem pembawa mortir 81mm kepada prajurit5. Program TOT ini memastikan penguasaan teknologi tidak hanya pada level produksi, tetapi juga operasional di lapangan. Prajurit dibekali pengetahuan komprehensif tentang operasi, perawatan, dan troubleshooting sistem.
Proses transfer teknologi melibatkan berbagai aspek mulai dari pelatihan teknis hingga standardisasi prosedur operasional. Hal ini memastikan sistem dapat dioperasikan secara optimal oleh personel TNI AD dengan tingkat keandalan tinggi dalam berbagai misi militer.
Prospek Pengembangan Masa Depan
Keberhasilan program ini membuka jalan bagi pengembangan varian kendaraan tempur terintegrasi lainnya. Penguasaan teknologi kritis seperti integrasi kendaraan-senjata dan sistem kendali tembak digital menjadi modal penting untuk proyek-proyek selanjutnya6. Indonesia berpotensi mengembangkan family kendaraan tempur dengan platform serupa untuk berbagai kebutuhan militer.
Industri pertahanan nasional kini memiliki kapabilitas untuk mengembangkan sistem senjata yang lebih kompleks. Kolaborasi sukses antara Balitbang Kemhan dan PT. SAS AERO SISHAN menjadi model yang dapat direplikasi untuk proyek-proyek strategis lainnya di masa depan.
Kesimpulan
Program Litbang Kendaraan Sistem Pembawa Mortir 81mm Tahap 2-2 menandai pencapaian signifikan industri pertahanan Indonesia. Dengan tingkat kandungan lokal 67% dan penghematan biaya 59,5%, program ini membuktikan kemampuan Indonesia dlm mengembangkan alutsista indigenous berkualitas tinggi. Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan TNI AD, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara produsen alutsista di kawasan.
Referensi
- Kementerian Pertahanan. (2025, Juli 7). LITBANG KENDARAAN SISTEM PEMBAWA MORTIR 81MM TAHAP 2-2. https://www.kemhan.go.id/balitbang/2025/07/07/litbang-kendaraan-sistem-pembawa-mortir-81mm-tahap-2-2.html
- Kementerian Pertahanan. (2024, September 5). Badan Penelitian dan Pengembangan - Kementerian Pertahanan. https://www.kemhan.go.id
- RRI.co.id. (2023, Agustus 15). Kodam III/Siliwangi Bekali Prajurit TOT Kendaraan Sistem Pembawa Mortir 81 MM. https://www.rri.co.id
- Kementerian Pertahanan. (2022, Oktober 27). Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan RI. https://www.kemhan.go.id
- Kementerian Pertahanan. (2022, September 26). PUBLIKASI HASIL LITBANG KEMHAN KE YONIF 320/BADAK PUTIH PANDEGLANG BANTEN. https://www.kemhan.go.id
- Indomiliter.com. (2022, April 18). Malaysia Tampilkan AV8 Gempita 8×8 Varian Armoured Mortar Carrier. https://www.indomiliter.com