{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Apakah Pemilu Saja 🗳️ Cukup? Demokrasi Butuh Kekuatan Kolektif Rakyat - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Apakah Pemilu Saja 🗳️ Cukup? Demokrasi Butuh Kekuatan Kolektif Rakyat
13
August 2025

Apakah Pemilu Saja 🗳️ Cukup? Demokrasi Butuh Kekuatan Kolektif Rakyat

  • 59
  • 13 August 2025
Apakah Pemilu Saja 🗳️ Cukup? Demokrasi Butuh Kekuatan Kolektif Rakyat

Demokrasi modern menghadapi tantangan serius ketika hanya mengandalkan pemilihan umum sebagai satu-satunya mekanisme legitimasi. 1 Konsep demokrasi yg berkembang saat ini berbeda jauh dengan pemahaman Athena kuno, dimana partisipasi langsung dan kesetaraan menjadi fondasi utama.

Sejarah Demokrasi: Dari Athena hingga Era Modern

Dalam sistem demokrasi Athena, tiga hal membedakannya dr sistem politik lain: hak seluruh warga untuk memberikan suara langsung pada undang-undang di Majelis, pemilihan pejabat politik melalui sistem lotere, dan pengadilan rakyat yang besar untuk menegakkan hukum. 2 Pemilihan hanya digunakan untuk posisi yg memerlukan keahlian khusus seperti jenderal dan akuntan, itupun disertai mekanisme akuntabilitas ketat.

Ideal normatif yang menginspirasi adalah kesetaraan yang kokoh antar semua warga. Demokrasi Athena diorganisir sedemikian rupa sehingga tidak ada individu atau kelompok yang akan menjalankan kekuasaan atas rakyat. Pemilihan dilihat sebagai penyimpangan dari ideal ini, dibenarkan oleh kebutuhan lain seperti pertahanan nasional.

Kesetaraan dan Kekuatan Kolektif dlm Demokrasi

Ada banyak hal baik tentang hidup dlm masyarakat demokratis. Demokrasi biasanya memiliki kebebasan berbicara yg kuat, supremasi hukum, mekanisme untuk menentang dan mengajukan banding keputusan pemerintah, dan tingkat korupsi yg relatif rendah. 3 Dengan demikian, demokrasi akan sering merealisasikan berbagai nilai, termasuk kebebasan negatif dan perlindungan hak-hak dasar.

Salah satu nilai tersebut adalah kesetaraan. Nilai inti demokrasi adalah bahwa suara setiap orang harus dihitung sama. Dlm masyarakat demokratis, tidak ada kasta permanen, tidak ada aristokrasi yg memiliki klaim untuk memonopoli jabatan politik.

Tantangan Keadilan Prosedural

Apa yang secara konkret diperlukan kesetaraan ini? Satu jawaban yg menggoda adalah sesuatu seperti keadilan prosedural. 4 Kita ingin prosedur demokratis kita memberikan setiap orang kesempatan yg sama untuk mempengaruhi hasil. Tapi ini bisa mengarah pada beberapa kesimpulan aneh.

Masalah dengan argumen ini adalah bahwa itu dimulai dari kita sbg individu daripada memperlakukan kita sebagaimana adanya—anggota kelompok sosial dan kelas ekonomi yang berbeda. Gagasan Athena tentang kesetaraan, misalnya, erat kaitannya dgn gagasan bahwa rakyat, yg dipahami sebagai mayoritas masyarakat yg lebih miskin, perlu memerintah bersama.

Peran Pemilihan dalam Demokrasi Kontemporer

Seperti yg dinyatakan Bernard Manin dalam sejarahnya tentang demokrasi perwakilan, pemilihan berasal dari gagasan persetujuan untuk diperintah daripada kekuatan yg setara untuk memerintah bersama. 5 Bagi para advokat liberal awal pemilihan seperti Benjamin Constant, kebebasan orang modern adalah kebebasan pribadi, yg kontras dgn kebebasan partisipatif orang kuno.

Hak pilih untuk pemilik properti akan memastikan bahwa pemerintah menghormati hak milik pribadi. Tentu saja, perjuangan besar abad kesembilan belas untuk demokrasi difokuskan pada perluasan siapa yg bisa berpartisipasi dlm pemilihan. 6 Tetapi gerakan-gerakan itu juga membayangkan demokrasi sebagai lebih dari sekadar pemilihan.

Dinamika Politik Electoral

Namun ada alasan mengapa perjuangan besar untuk demokrasi berfokus pada pemilihan. Ini bukan hanya bahwa di negara-negara berskala besar, beberapa pembagian kerja politik—dan karenanya kebutuhan untuk politisi dan partai profesional—diperlukan. Dinamika politik elektoral itu sendiri menciptakan mekanisme dan insentif untuk memobilisasi publik dan memungkinkan jenis kekuatan kolektif yg menjadi sandaran demokrasi.

Partai politik, sebagai institusi demokratis, adalah jaringan penghubung antara kekuatan individu dan kolektif. 7 Dlm bersaing untuk suara, mereka memiliki insentif yg kuat untuk memobilisasi kelompok yg berbeda, bekerja sama dgn sumber kekuatan kolektif independen seperti serikat pekerja.

Reformasi Institusional untuk Memperkuat Demokrasi

Ketidakpuasan dgn pemilihan ini telah mendorong para ahli teori demokrasi untuk mengusulkan institusi baru yg akan memperbaiki keterbatasan pemilihan atau menggantinya sama sekali. 8 Beberapa dari ini, seperti minipublik atau majelis warga, dimaksudkan untuk menciptakan pemilih yg lebih berpengetahuan dan terinformasi.

Yang lain, seperti Hélène Landemore dan Alex Guerro, telah sejauh mengusulkan mengganti pemilihan sama sekali dgn badan legislatif yg dipilih secara acak. Yang lain, seperti John McCormick, telah menyerukan kebangkitan institusi plebeian khusus kelas yg mirip dgn tribunate Romawi.

Mobilisasi Sosial dan Organisasi Masyarakat

Poin penting dlm mengevaluasi proposal ini adalah tidak jatuh kembali ke dalam naivitas tentang kekuatan kolektif dan keadilan prosedural. 9 Demokrasi adalah sistem kontestasi politik dinamis antara bentuk-bentuk kekuatan politik yg terorganisir berbeda. Pengenalan institusi baru akan mengubah dinamika tersebut dan sering kali tidak selaras dgn apa yg diberitahu teori ideal kepada kita.

Reformasi yg paling menjanjikan adalah yg akan memungkinkan mobilisasi berkelanjutan organisasi sosial dan kelompok. Reformasi sederhana yg kemungkinan akan memiliki dampak besar pada insentif mobilisasi ini adalah pemungutan suara wajib. 10 Pergeseran ke lottokrasi murni kemungkinan besar akan merusak kekuatan kolektif.

Kesimpulan

Demokrasi tidak diragukan lagi sedang dalam masalah. Dlm menghadapi gerakan nasionalis otoriter, ada godaan untuk menggandakan pemilihan. 11 Tetapi para pembela demokrasi perlu melihat bahwa viabilitas pemilihan bertumpu pada proses organisasi politik egaliter dan mobilisasi yg jauh lebih luas.

Harapan terbaik kita hari ini adalah mencari cara untuk meningkatkan kekuatan rakyat, bersama-sama, untuk bertindak. Ini memerlukan pemahaman bahwa demokrasi bukan hanya tentang memberikan suara setiap beberapa tahun, tetapi tentang menciptakan mekanisme berkelanjutan untuk partisipasi politik dan akuntabilitas.

Referensi

  • Klein, S. (2025). Are Elections Enough? Democracy and Collective Power. Blog of the APA. Diakses dari https://blog.apaonline.org/2025/08/13/are-elections-enough-democracy-and-collective-power/
  • The Atlantic. (2025). How Not to Fix American Democracy. Diakses dari https://www.theatlantic.com/books/archive/2025/08/how-not-to-fix-american-democracy/683809/
  • MSN. (2025). Democracy vs monarchy. Diakses dari https://www.msn.com/en-ae/news/other/democracy-vs-monarchy/ar-AA1JMGuV
  • Philanthropy. (2025). To Protect Democracy, Tell a Better Story About Why It Matters. Diakses dari https://www.philanthropy.com/article/to-protect-democracy-tell-a-better-story-about-why-it-matters
  • Yahoo News. (2025). Blue State Dems Are Having an Overdue Reckoning With Their Own Power. Diakses dari https://www.yahoo.com/news/articles/blue-state-dems-having-overdue-110000980.html
  • The Globe and Mail. (2025). In this age of authoritarians, a global democracy movement is taking shape. Diakses dari https://www.theglobeandmail.com/opinion/article-age-of-authoritarians-movement-democracy-el-salvador-global-south/
  • The Liberum. (2025). Power, Freedom, and the Monopoly of the Victorious Ideology. Diakses dari https://theliberum.com/power-freedom-and-the-monopoly-of-the-victorious-ideology/
  • ABC17 News. (2025). Obama Rallies Texas Democrats Against GOP's Gerrymandering Power Grab. Diakses dari https://abc17news.com/news/2025/08/15/obama-rallies-texas-democrats-against-gops-gerrymandering-power-grab/
  • Milwaukee Courier. (2025). Texas Democrats Stand Strong: A Familiar Fight for Democracy. Diakses dari https://milwaukeecourieronline.com/index.php/2025/08/09/texas-democrats-stand-strong-a-familiar-fight-for-democracy/
  • MSN. (2025). To Make Democracy Work, Give More of It to Workers. Diakses dari https://www.msn.com/en-us/news/opinion/to-make-democracy-work-give-more-of-it-to-workers/ar-AA1KvtQx
  • Inquirer. (2025). The arrogance of power: Why we should refuse to stay silent. Diakses dari https://opinion.inquirer.net/185383/the-arrogance-of-power-why-we-should-refuse-to-stay-silent
Download PDF tentang Rekonceptualisasi Demokrasi: D (telah di download 64 kali)
  • Apakah Pemilu Saja 🗳️ Cukup? Demokrasi Butuh Kekuatan Kolektif Rakyat
    enelitian ini mengeksplorasi transformasi fundamental dalam pemahaman demokrasi modern, bergerak dari paradigma electoral democracy tradisional menuju konsep collective power yang lebih inklusif. Melalui analisis historis dan teoretis, studi ini menunjukkan bahwa demokrasi sejati memerlukan lebih dari sekadar mekanisme pemilihan umum, melainkan sistem komprehensif yang memungkinkan partisipasi kolektif warga dalam pengambilan keputusan politik. Temuan menunjukkan perlunya reformasi institusional yang mendukung mobilisasi sosial berkelanjutan untuk memperkuat fondasi demokratis.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.