Dalam era dimana artificial intelligence (kecerdasan buatan) semakin meresap ke kehidupan sehari-hari, muncul pertanyaan fundamental tentang esensi komunikasi manusia dan nilai autentisitas. Jeremy Bendik-Keymer, seorang filsuf dari Case Western Reserve University, mengajukan perspektif yang menantang tentang hubungan kita dengan teknologi AI melalui lensa nilai-nilai punk 1.
Nurani sebagai Pembeda Utama
Bendik-Keymer menegaskan bahwa AI tidak memiliki nurani, dan inilah yang membedakannya secara fundamental dari manusia. "Mengapa kita harus berhubungan dengan sesuatu yang tak memiliki nurani seolah-olah itu personal?" tulis Bendik-Keymer 1. Perspektif ini menghadirkan dimensi baru dalam memahami interaksi manusia-AI.
Ketika manusia menulis, mereka memberikan kata mereka - sebuah tindakan yang melibatkan nurani. Chatbot, sebaliknya, tidak dapat memberikan kata mereka karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab secara moral. Ini menciptakan paradoks dlm komunikasi digital modern.
Konteks Neoliberalisme dan Tekanan Sistem
Penggunaan AI yang masif tidak terjadi dalam ruang hampa. Bendik-Keymer menghubungkan fenomena ini dengan sistem neoliberalisme yang telah menciptakan fragmentasi sistemik, chaos terkontrol, dan generasi kekayaan ke atas 1. AI memperkuat apa yang sudah dimulai oleh neoliberalisme: gaming sistem, peningkatan efisiensi, dan fokus pada produk daripada proses.
Banyak mahasiswa menggunakan AI untuk mengerjakan tugas karena mereka kewalahan dengan tuntutan yang mustahil dipenuhi dari segala arah. Mereka berada dalam "ruang penyiksaan" yang dipenuhi tekanan karena takut mengalami kegagalan ekonomi 1.
Nilai-Nilai Punk sebagai Alternatif
Nilai-nilai asli punk menawarkan alternatif yang relevan: jangan menjual diri, jadilah diri sendiri dengan segala kegagalannya, tolak sistem eksploitatif, dan berikan seluruh hati serta passion meski berantakan, tetap setia pada koneksi manusia dan kesetaraan sosial 1.
Filosofi ini menantang logika kesuksesan yang didorong AI. Kesuksesan yang melibatkan kehilangan pikiran dan membuang kesempatan untuk berkembang sebagai manusia bukanlah kesuksesan sejati.
Implikasi dalam Pendidikan dan Hubungan
Para pendidik perlu mempertimbangkan kembali peran mereka dalam sistem yang menciptakan tekanan berlebihan pada siswa. Struktur neoliberalisme perlu dibongkar untuk mengatasi masalah AI secara mendasar 1.
Meghan O'Rourke, yang juga dirujuk dalam esai Bendik-Keymer, menunjukkan bagaimana AI "meniru interioritas manusia tanpa nilai-nilainya" 1. Ini menciptakan ilusi komunikasi interpersonal tanpa substansi moral yang mendasarinya.
Kesimpulan
Debat tentang AI bukan hanya soal teknologi, melainkan tentang esensi kemanusiaan itu sendiri. Pilihan untuk tetap autentik, meski berantakan dan penuh kegagalan, lebih bermakna daripada efisiensi tanpa jiwa yang ditawarkan AI. Seperti yang dinyatakan Bendik-Keymer, "Jauh lebih baik gagal dan berantakan sambil hidup sesuai nurani dengan sepenuh hati" 1.
Referensi
- Bendik-Keymer, J. (2025, 28 Agustus). Punk's Original Values in the Age of Idiocy ("AI"). Blog of the APA. https://blog.apaonline.org/2025/08/28/punks-original-values-in-the-age-of-idiocy/