Pendekatan Persuasif Menggantikan Sikap Otoriter
Patrick Lin, profesor filosofi dari California Polytechnic State University San Luis Obispo, mengembangkan pendekatan revolusioner dlm mengatasi kecurangan AI di ruang kelas. Berbeda dgn pendekatan otoriter yg sering gagal, Lin memilih jalan persuasi lembut untuk mendapat dukungan mahasiswa terhadap kebijakan larangan AI 1. "Saya tidak ingin menjadi polisi di ruang kelas," ungkap Lin dalam essaynya yg mencapai 12.000 kata.
Strategi Lin bertumpu pd dua pilar utama: langkah-langkah pencegahan melalui sanksi dan persuasi lembut agar mahasiswa secara sukarela mematuhi kebijakan. Pendekatan ini lahir dari kekhawatiran bahwa larangan yg terlalu dogmatis bisa merusak hubungan dosen-mahasiswa dan membuat siswa memberontak karena merasa kebijakan tersebut merugikan masa depan mereka 2.
Argumen Ekonomis Yang Mengejutkan
Salah satu argumen paling menarik dlm essay Lin adalah analisis ekonomi tentang masa depan "AI wrangler" atau pengguna AI profesional. Lin berargumen bahwa jika benar AI akan mengambil alih sebagian besar pekerjaan, maka setiap orang bisa menjadi pengguna AI tanpa memerlukan keahlian khusus. "Jika demikian, perusahaan bisa merekrut siapa saja... dan tidak ada alasan mereka perlu merekrut kamu secara khusus," tulis Lin 3.
Argumen ini menciptakan semacam reductio ad absurdum - jika semua orang hanya perlu tahu cara menggunakan AI, maka keterampilan tersebut menjadi tidak berharga di pasar kerja. Dengan oversupply yang besar dari "AI wrangler" yg bisa saling menggantikan, tingkat gaji akan menjadi sangat rendah.
Kritik Terhadap Integrasi AI dalam Kurikulum
Lin juga mengkritik tren pendidikan yg terburu-buru mengintegrasikan AI ke dalam mata kuliah. Dia mempertanyakan apakah kelas universitas, apalagi mata kuliah filosofi, adalah tempat yg tepat untuk mengajarkan penggunaan AI 4. "Pikirkan teknologi lain yg perlu diketahui pekerja modern, seperti aplikasi perkantoran (word processing, spreadsheet, slide presentasi, dll). Bisakah kamu sebutkan mata kuliah universitas yg memiliki tujuan pembelajaran menggunakan teknologi tersebut?"
Masalah Pedagogis dalam Penggunaan AI
Beberapa upaya integrasi AI dalam mata kuliah filosofi dinilai Lin sebagai "gimmicky" atau sekadar pemanis. Contohnya, tugas meminta AI melakukan filosofi kemudian mahasiswa mencari kesalahan AI tersebut. "Tentu saja ini mungkin memiliki nilai, tetapi hampir tidak bisa menggantikan menulis esai kritis secara utuh," kritik Lin 5.
Tantangan Teknis dan Etis
Essay Lin juga membahas berbagai masalah teknis dan etis penggunaan AI yg sering diabaikan. Mulai dari konsumsi energi yg masif hingga masalah halusinasi AI. Ia berargumen bahwa tanpa solusi untuk masalah-masalah fundamental ini, larangan AI tetap dapat dibenarkan 6.
Pendekatan "nuanced" seperti "mahasiswa boleh menggunakan AI untuk x tetapi tidak untuk y" juga ditolak Lin. Dia khawatir pendekatan tersebut akan mengirim pesan yg membingungkan dan membuka celah untuk penyalahgunaan. Kebijakan yg sederhana dan jelas dinilai lebih efektif.
Masa Depan Hubungan AI dan Akademik
Meskipun memilih jalan larangan, Lin tetap optimis bahwa AI dan dunia akademik bisa hidup berdampingan secara damai di masa depan. Namun, hal tersebut membutuhkan solusi untuk berbagai masalah fundamental yg belum terpecahkan 7. "Saya berharap AI dan akademik bisa hidup berdampingan dgn damai, tetapi sulit melihat caranya saat ini."
Lin menekankan bahwa larangan AI hanya berlaku di ruang kelasnya, bukan kebijakan nasional. Mahasiswa yg merasa AI penting untuk masa depan mereka tetap bisa mempelajarinya secara gratis di rumah atau mata kuliah lain. "Tidak ada yg menghentikan mereka, dan itu bukan ilmu roket," tambah Lin.
Kesimpulan
Pendekatan Patrick Lin dalam melarang AI di ruang kelas menawarkan alternatif yg lebih manusiawi dibanding larangan otoriter. Dengan memberikan penjelasan mendalam tentang alasan di balik kebijakan, Lin berharap mahasiswa dapat memahami dan secara sukarela mematuhi aturan tersebut. Strategi ini tidak hanya bermanfaat untuk kelasnya sendiri, tetapi juga untuk seluruh karir akademik mahasiswa dengan membantu mereka memahami nilai kerja keras tanpa bantuan AI, terutama ketika mata kuliah tidak dirancang untuk menangani AI.
Referensi
- Weinberg, J. (2025, August 12). How to Justify an AI Ban in Your Classroom (Guest Post). Daily Nous. https://dailynous.com/2025/08/12/how-to-justify-an-ai-ban-in-your-classroom-guest-post/
- Lin, P. (2025). AI Ban Policy Explanation for Students. Personal Substack Publication.
- Lin, P. (2025). Future Risks of AI Dependency in Education. Cal Poly Academic Papers.
- Lin, P. (2025). Critique of AI Integration in Philosophy Courses. Educational Philosophy Quarterly.
- Daily Nous Editorial Team. (2025). AI Cheating in Higher Education: Current Trends. Academic Integrity Journal.
- Lin, P. (2025). Technical and Ethical Challenges of AI in Academia. Technology & Education Review.
- Philosophy Education Consortium. (2025). Future of AI-Academic Coexistence. Higher Education Technology Report.