Ásta dari Duke University mengajukan pertanyaan fundamental dalam kajian metafisika sosial (social metaphysics): "Untuk apa kita butuh teori ini?" Pertanyaan sederhana namun mengubah cara pandang. Dalam artikel terbarunya di Journal of Social Ontology, filosofer ini menekankan pentingnya mempertanyakan tujuan di balik setiap teori tentang gender, ras, disabilitas, dan kategori sosial lainnya.1
Metafisika sendiri merupakan cabang filsafat yang menyelidiki hakikat realitas dan keberadaan.2 Tapi Ásta membawa dimensi baru. Ia tidak sekadar bertanya "apa itu gender?" melainkan "mengapa kita perlu tahu apa itu gender?"
Pola Ketidakadilan yang Berulang
Ada pola dalam distribusi sumber daya di seluruh dunia. Pola dalam kekerasan yang terjadi setiap hari. Pola dalam rasa hormat, peluang, dan kesejahteraan yang dinikmati orang.1 Ásta menjelaskan bahwa banyak feminis peduli dengan pola-pola ini.
"Kami peduli untuk melatih diri memperhatikan pola ini, merancang bahasa dan konsep untuk memahami penjelasan tentang pola-pola tersebut," tulisnya. Mereka ingin membangun alat untuk mengganggunya dan mendorong pola yang lebih adil.1 Konsep gender menjadi alat teoretis untuk membawa fenomena ketidakadilan ke dalam fokus.
| Aspek 🎯 | Tujuan Metafisika Sosial Kritis |
| Fokus Utama | Pola ketidakadilan dalam masyarakat |
| Metode 📚 | Bukan introspeksi, tapi iluminasi praktik sosial |
| Target | Menjelaskan fenomena yang dapat diamati |
| Nilai ⚖️ | Tidak netral nilai, dipandu nilai epistemik dan non-epistemik |
| Aplikasi | Gender, ras, disabilitas, kategori sosial |
| Hasil 🌟 | Teori yang mendukung pembebasan dan keadilan |
| Pendekatan | Mengungkap ideologi di balik praktik gender |
Metodologi: Bukan Sekadar Introspeksi
Yang menarik, Ásta menolak pendekatan introspeksi semata. Menganalisis konsep gender lewat introspeksi pribadi bisa jadi hanya mengulang praktik gender populer dan ideologi yang mereka ekspresikan.1 Kita butuh pendekatan yang bisa menerangi praktik gender kita dan juga meneranginya sebagai ideologi.
Pertanyaan Serupa di Bidang Lain
Ásta mencatat bahwa pertanyaan "untuk apa teori ini?" bukan permintaan eksentrik. Filosofer di berbagai bidang mengenalinya.1 Misalnya: Apa yang ingin dijelaskan oleh teori hukum alam Anda? Apa yang harus dijelaskan oleh teori motivasi moral? Domain metafisika tradisional memang membahas keadaan sebenarnya dari berbagai hal di dunia.2
Nilai dalam Metafisika
Artikel ini mengungkap pemisahan metodologis mendasar dalam cara melakukan metafisika. Pemisahan yang tampaknya menjadi inti debat kontroversial baru-baru ini.1 Ásta berpendapat bahwa metafisika tidak bisa dihindari dari nilai (value-laden) dalam arti spesifik: nilai-nilai mengenai apa yang perlu dijelaskan dan apa yang relevan dengan penjelasan tersebut memandu kita.
Lebih jauh, nilai-nilai ini bukan hanya nilai epistemik. Ide ini dipinjam dari diskusi bertahun-tahun dalam filsafat sains.1 Pengetahuan metafisik memang berkaitan erat dengan sains natural, meski Descartes pernah mengusulkan metafora "pohon" untuk menjelaskan hubungan antara metafisika dan sains lainnya.3
Teori untuk Penjelasan Pola
Untuk kasus gender, Ásta menegaskan: "Saya ingin teori gender yang bisa berperan menjelaskan pola dan fenomena tertentu yang kita amati."1 Teori bukan untuk teori itu sendiri. Konsep gender adalah konsep teoretis dan pembedaan seks/gender adalah pembedaan teoretis yang tetap berlaku untuk fenomena sehari-hari.
Ketika kita tertarik pada metafisika gender, minat kita lebih terfokus. Kita tertarik pada pertanyaan: apa itu gender? Apa artinya memiliki gender? Kita menyelidiki hakikat gender.1 Tapi saat mengajukan pertanyaan fundamental dan abstrak ini, kita harus selalu ingat mengapa kita menanyakannya.
Kesimpulan
Pendekatan Ásta terhadap metafisika sosial kritis menawarkan perspektif segar yang menggabungkan rigor filosofis dengan kepedulian terhadap keadilan sosial. Dengan menempatkan pertanyaan "untuk apa?" di pusat penyelidikan metafisis, ia mengajak kita memikirkan ulang bagaimana teori filosofis dapat melayani tujuan pembebasan. Ontologi sosial (social ontology) memang tetap menjadi bidang kontroversi berkelanjutan,4 namun pendekatan yang dipandu nilai dapat mempercepat perkembangan ilmu perilaku dan sosial.5
Daftar Pustaka
- Weinberg, J. (2025). On Social Metaphysics. Daily Nous. https://dailynous.com/2025/11/19/on-social-metaphysics/
- Scientific Research Publishing. (2023). Is Metaphysics Even Possible? A Discussion with Reference to the Non-Empirical Character of Metaphysics. https://www.scirp.org/journal/paperinformation?paperid=128426
- Daily Sabah. (2023). Metaphysical knowledge and natural sciences: Metaphysics without physics. https://www.dailysabah.com/opinion/op-ed/metaphysical-knowledge-and-natural-sciences-metaphysics-without-physics
- JSTOR. (2024). Social ontology and the modern corporation. https://www.jstor.org/stable/26784176
- National Academies. (2022). Accelerating Behavioral Science Through Ontology Development and Use. https://www.nationalacademies.org/our-work/accelerating-social-and-behavioral-science-through-ontology-development-and-use


