{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Era Baru Pencarian AI: Kembali ke Masa Lalu Ask Jeeves yang Futuristik - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Era Baru Pencarian AI: Kembali ke Masa Lalu Ask Jeeves yang Futuristik
30
June 2025

Era Baru Pencarian AI: Kembali ke Masa Lalu Ask Jeeves yang Futuristik

  • 69
  • 30 June 2025
Era Baru Pencarian AI: Kembali ke Masa Lalu Ask Jeeves yang Futuristik

Siapa sangka bahwa teknologi pencarian masa depan justru mengingatkan kita pada masa lalu? Dari Ask Jeeves di tahun 1996 hingga era ChatGPT dan Google Gemini saat ini, kita seperti mengalami perjalanan waktu yang unik dalam dunia teknologi pencarian1. Butler digital yang ramah itu mungkin telah lama pensiun, namun semangat dan visinya kini terlahir kembali dlm bentuk yang jauh lebih canggih.

Nostalgia Digital: Ketika Ask Jeeves Memimpin Inovasi

Pada era ketika Google belum menjadi raja pencarian, Ask Jeeves hadir sebagai pionir yang memungkinkan pengguna untuk bertanya layaknya sedang ngobrol dengan pustakawan2. Alih-alih mengetik kombinasi kata kunci seperti "cuaca Paris Juli", pengguna bisa bertanya "Bagaimana cuaca di Paris pada bulan Juli?" Ini adalah revolusi kecil yang sayangnya terlalu dini untuk zamannya.

Butler virtual tersebut menawarkan pengalaman yang personalitas banget - ramah, mudah didekati, dan sangat futuristik untuk ukuran tahun 90-an. Namun keterbatasan teknologi membuatnya hanya mampu mencocokkan pola bahasa sederhana dan masih bergantung pada mesin pencari lain untuk hasil pencarian3. Akhirnya, pada 2006 karakter Jeeves dihapus dan platform berganti nama menjadi Ask.com.

Revolusi AI Search: Masa Depan yang Mengulangi Sejarah

Fast forward ke 2025, dan kita menyaksikan bangkitnya era pencarian AI yang dipimpin oleh ChatGPT, Perplexity, Google Gemini, dan Claude4. Teknologi Large Language Models (LLM) kini memungkinkan interaksi yang benar-benar menyerupai percakapan manusia - bahkan lebih canggih daripada yang pernah dibayangkan Jeeves.

Perbedaannya sangat mencolok. Kalau dulu Jeeves hanya bisa mencari dan mengambil informasi, AI modern bisa memahami, menganalisis, dan bahkan menciptakan konten baru5. Mereka tidak sekadar menunjukkan resep masakan, tetapi bisa memodifikasinya untuk versi vegan, menyesuaikan porsi untuk 12 orang, bahkan memberikan daftar belanja yang diperlukan.

Kenapa Ask Jeeves Gagal tapi AI Search Sukses?

Ada beberapa faktor yang membuat Jeeves gagal bertahan di masa lalu namun AI pencarian berkembang pesat sekarang. Pertama, teknologi pada era 90-an belum matang untuk mendukung pemrosesan bahasa natural yang kompleks6. Kedua, perilaku pengguna internet saat itu belum siap untuk interaksi konversasional - mereka masih terbiasa dengan pencarian berbasis kata kunci.

Sebaliknya, AI pencarian hari ini didukung oleh model bahasa besar yg dilatih dengan triliunan token data, komputasi GPU yang powerful, dan infrastruktur cloud yang masif7. Plus, ekspektasi pengguna sudah bergeser ke arah antarmuka konversasional berkat smartphone, asisten suara, dan budaya chatting yang mengakar.

Dari Pertanyaan ke Kata Kunci ke Prompt: Evolusi Cara Kita Mencari

Perjalanan pencarian digital mencerminkan bagaimana kita berinteraksi dgn teknologi. Di era awal, kita bertanya secara natural seperti "Bagaimana cara membuat kue coklat?"8. Kemudian, saat Google mendominasi, kita belajar berbahasa algoritma: "resep kue coklat mudah".

Sekarang, dengan AI generatif, kita masuk era prompt - instruksi yang lebih terstruktur seperti "Tulis resep kue coklat langkah demi langkah dalam 200 kata, cocok untuk anak-anak". Prompt bukan hanya pertanyaan, tetapi kombinasi perintah, percakapan, dan brief kreatif dalam satu kesatuan9.

Butler Digital Terlahir Kembali

Pada dasarnya, Jeeves adalah proto-persona untuk semua yang kita sebut asisten AI saat ini. Dia sopan, membantu, dan berusaha memahami pertanyaan kita10. Tapi dia adalah butler 2D di dunia 3D yg belum terbangun.

AI engine hari ini adalah reinkarnasi dari apa yang selalu ingin dicapai Jeeves - asisten digital yg cerdas, konversasional, dan sadar konteks. Kita telah kembali ke visi asli tersebut, namun kali ini bukan lagi sebuah keunikan - melainkan sebuah ekspektasi standar.

Kesimpulan

Jadi ya, dalam banyak hal kita memang kembali ke era Ask Jeeves. Tapi kali ini, si butler benar-benar tahu jawabannya. Evolusi dari pencarian berbasis kata kunci kembali ke bahasa natural menunjukkan bahwa terkadang teknologi terbaik adalah yg paling intuitif - yang terasa seperti berbicara dengan manusia sesungguhnya.

Referensi:
  • WebPro Technologies. (2025). From Ask Jeeves to AI Search: Have We Come Full Circle? Diakses dari https://www.webpro.in/from-ask-jeeves-to-ai-search-have-we-come-full-circle/
  • Bharati, A. (2025). The Origin Story: Ask Jeeves and the Dream of Natural Language. WebPro Technologies.
  • WebPro Technologies. (2025). Why Ask Jeeves Failed and AI Search Thrives. WebPro Technologies.
  • Bharati, A. (2025). Fast Forward: The Age of AI Search. WebPro Technologies.
  • WebPro Technologies. (2025). From Fetching to Generating: The AI Revolution. WebPro Technologies.
  • Bharati, A. (2025). Technology Limitations in the 1990s Era. WebPro Technologies.
  • WebPro Technologies. (2025). Modern AI Infrastructure and Capabilities. WebPro Technologies.
  • Bharati, A. (2025). From Questions to Keywords to Prompts: The Evolution. WebPro Technologies.
  • WebPro Technologies. (2025). The Prompt Era: Beyond Simple Queries. WebPro Technologies.
  • Bharati, A. (2025). Jeeves Reborn: The Spirit of Search in AI Era. WebPro Technologies.
Download PDF tentang Transformasi Paradigma Pencari (telah di download 5 kali)
  • Era Baru Pencarian AI: Kembali ke Masa Lalu Ask Jeeves yang Futuristik
    Studi ini menganalisis evolusi teknologi pencarian digital dari era Ask Jeeves (1996) hingga generasi AI search engine modern, mengkaji persamaan fundamental dalam pendekatan natural language processing namun dengan perbedaan signifikan dalam kapabilitas teknologi. Penelitian menunjukan bahwa meskipun visi awal Ask Jeeves telah terwujud melalui AI modern, terdapat transformasi paradigmatik dari retrieval-based search menuju generative-conversational search yang mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi digital.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.