Teknologi body hacking atau peretasan tubuh kini bukan lgi sekadar konsep fiksi ilmiah, melainkan sudah menjadi realitas yg mulai berkembang dlm kehidupan manusia modern. Meskipun sebagian besar teknologi body hacking saat ini masih bersifat teatrikal dan eksperimental, potensinya untuk mengubah cara manusia berinteraksi dengan teknologi sangat besar1. Konsep ini mencakup berbagai bentuk modifikasi tubuh menggunakan teknologi, mulai dari implan sederhana hingga augmentasi yang lebih kompleks seperti perangkat night-vision atau tetes mata yang memungkinkan penglihatan malam.
Perkembangan Teknologi Body Hacking
Dalam beberapa tahun terakhir, body hacking telah mengalami perkembangan yg cukup signifikan. Teknologi ini menawarkan kemungkinan bagi manusia untuk meningkatkan kapasitas alami tubuh mereka melalui berbagai cara. Contohnya adalah pengembangan tetes mata night-vision yang meski saat ini masih berbahaya, namun berpotensi dikembangkan menjadi produk aman di masa depan1. Selain itu, visi masa depan cyberpunk yang digambarkan oleh penulis seperti William Gibson dan game seperti Cyberpunk serta Shadowrun menunjukan bahwa manusia mungkin akan menjadi cyborg penuh melalui body hacking.
Di masa yg lebih dekat, kita mungkin akan melihat augmentasi seperti cadangan memori untuk otak, telepon yang ditanamkan, bahkan senjata subdermal. Inovasi seperti ini membuka pertanyaan etis yg melampaui sekadar etika modifikasi diri dan memerlukan penerapan teori moral serta prinsip-prinsip yang sudah ada untuk menanganinya secara efektif1.
Aspek Etika dalam Augmentasi Tubuh
Secara umum, tampaknya tidak ada yang secara inheren salah dgn augmentasi tubuh melalui teknologi. Argumen mudah untuk mendukung hal ini adalah dengan menarik analogi pada augmentasi eksternal: dimulai dari tongkat dan batu, manusia telah meningkatkan kapasitas alami mereka sejak zaman dahulu. Jika ini dapat diterima, maka memindahkan augmentasi ke bawah kulit seharusnya tidak membuka dunia moral yang baru1.
Kekhawatiran Kesehatan dan Keamanan
Namun demikian, ada keberatan yang mudah dan jelas: bahwa di bawah kulit adalah dunia moral baru. Misalnya, smartphone yg dibawa di saku adalah satu hal, sementara smartphone yang tertanam di tengkorak adalah hal lain. Keberatan ini memang memiliki manfaat: menanamkan teknologi secara moral memang signifikan, setidaknya ada kekhawatiran moral tentang potensi resiko kesehatan1. Meskipun begitu, kekhawatiran moral ini lebih tentang aspek medis, bukan tentang augmentasi itu sendiri.
Body Hacking dalam Olahraga dan Permainan
Dua area dimana augmentasi menjadi perhatian adalah olahraga dan permainan. Atlet telah lama terlibat dlm body hacking, jika penggunaan obat-obatan dapat dianggap sebagai body hacking. Sementara mereka yg bermain game seperti poker umumnya tidak menggunakan obat peningkat, mereka telah mencoba untuk curang dengan teknologi1. Meskipun body hack masa depan mungkin lebih dramatis, namun tampaknya akan jatuh di bawah prinsip-prinsip yg sama yang mengatur penggunaan zat dan peralatan yang meningkatkan dalam olahraga saat ini.
Prinsip Anti-Kecurangan
Sebagai contoh, perangkat implan yg menyimpan darah ekstra untuk ditambahkan selama kompetisi akan analog dengan metode blood doping yang ada. Contoh lain, pemain poker atau catur mungkin menanamkan komputer yg dapat digunakan untuk curang dalam permainan. Meskipun body hack spesifik perlu ditangani oleh badan-badan pengatur olahraga dan permainan yang tepat, prinsip dasar bahwa kecurangan secara moral tidak dapat diterima masih berlaku1.
Dampak pada Bidang Akademik
Bidang akademik juga merupakan area perhatian penting. Karena siswa mahir dlm menggunakan teknologi seperti AI untuk curang, akan ada upaya untuk curang melalui body hacking. Seperti halnya kecurangan dalam olahraga dan permainan, kerangka etika dasar sudah mapan: kecurangan secara moral tidak dapat diterima1. Tantangannya adalah memilah hack mana yg dianggap sebagai kecurangan, dan mana yang tidak. Jika body hacking menjadi mainstream, dapat diharapkan bahwa pendidikan dan pengujian perlu berubah serta apa yang dianggap sebagai kecurangan juga akan berubah.
Body Hacking di Kehidupan Sehari-hari
Ada juga ranah luas yg terdiri dari semua area kehidupan lainnya yang umumnya tidak memiliki aturan moral spesifik tentang kecurangan melalui augmentasi. Ini termasuk area seperti bisnis dan kencan. Meskipun ada aturan moral tentang bentuk-bentuk kecurangan tertentu, bentuk-bentuk body hacking yang mungkin tampaknya tidak akan dianggap sebagai kecurangan di area tersebut, meskipun mereka mungkin dianggap memberikan keuntungan yg tidak adil1.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin menggunakan body hacking untuk meningkatkan karyawannya sehingga mereka dapat lebih efektif, sehingga memberikan keunggulan kompetitif atas perusahaan yang kurang mampu. Meskipun kemungkinan bahwa augmentasi tertentu akan dianggap cukup tidak adil sehingga memerlukan pembatasan, body hacking hanya akan mengubah cara dan bukan permainan yg mendasarinya1. Artinya, orang kaya selalu memiliki keuntungan atas orang yg kurang mampu, dan body hacking hanya akan menjadi alat baru dalam kompetisi tersebut.
Kesimpulan
Meskipun body hacking untuk augmentasi akan memerlukan beberapa aplikasi baru dari teori moral dan prinsip-prinsip yg ada, itu tidak membuat perubahan signifikan dalam lanskap moral. Seperti hampir semua perubahan dalam teknologi, ini hanya akan menyediakan cara-cara baru untuk melakukan hal-hal lama, seperti curang di sekolah atau olahraga, atau kehidupan pada umumnya1. Yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai masyarakat mengatur dan menerapkan prinsip-prinsip etika yg ada untuk menghadapi teknologi baru ini dengan bijaksana.
Daftar Pustaka
- LaBossiere, M. (2025, Oktober 12). Body Hacking III: Better Than Human. A Philosopher's Blog. https://aphilosopher.drmcl.com/2025/10/12/body-hacking-iii-better-than-human/


