{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}Originalitas ๐Ÿ“š dan Interdisiplinaritas dalam Filsafat: Kesalahpahaman yang Menghambat Mahasiswa - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Originalitas ๐Ÿ“š dan Interdisiplinaritas dalam Filsafat: Kesalahpahaman yang Menghambat Mahasiswa
4
December 2025

Originalitas ๐Ÿ“š dan Interdisiplinaritas dalam Filsafat: Kesalahpahaman yang Menghambat Mahasiswa

  • 1
  • 04 December 2025
Originalitas ๐Ÿ“š dan Interdisiplinaritas dalam Filsafat: Kesalahpahaman yang Menghambat Mahasiswa

Artikel ini menjelaskan bagaimana mahasiswa filsafat sering keliru memahami konsep "originalitas" dan "interdisiplinaritas" karena perbedaan antara definisi kamus dengan ekspektasi akademik filosofis. Bahan primer dari Daily Nous memberikan inti argumen Thomas Moore tentang kebingungan terminologis1, diperkaya bahan sekunder yang mengeksplorasi dimensi originalitas dalam konteks pendidikan dan praktik interdisipliner modern. Fokus pada klarifikasi pedagogis tanpa mengkritik sistem yang ada.

Originalitas: Bukan Inovasi Radikal

Thomas Moore, mahasiswa PhD Filsafat di University of Sheffield, mengidentifikasi masalah serius. "Originalitas" dalam filsafat akademik berbeda drastis dari definisi kamus1. Cambridge Dictionary mendefinisikan sesuatu yang original (asli) sebagai "tidak sama dengan apapun atau siapapun dan karena itu istimewa dan menarik"1. Merriam-Webster menyebutnya "independen dan kreatif dalam pemikiran atau tindakan"1.

Tapi filosofer tidak menginginkan itu. Mereka menginginkan kontribusi kontekstual. Moore menjelaskan originalitas filosofis sebagai sesuatu yang muncul "melalui engagement (keterlibatan) yang ketat dan terfokus dengan area literatur yang sempit, diartikulasikan dalam kaitannya dengan pertanyaan riset yang jelas didefinisikan"1. Ini kontras dengan interpretasi wajar mahasiswa yang mungkin menganggap karya original harus "benar-benar baru, tidak tersentuh preseden, dan sangat berbeda dari yang sebelumnya"1.

Aspek ๐ŸŽฏDefinisi Kamus ๐Ÿ“–Ekspektasi Filosofis ๐Ÿ›๏ธ
Sumber IdeDari diri sendiri, independenDari engagement mendalam dengan literatur spesifik
Tingkat KebaruanSepenuhnya baru, belum pernah adaPerbaikan inkremental pada percakapan yang sedang berlangsung
Hubungan dengan TradisiTerpisah dari presedenTertanam dalam problem space (ruang masalah) yang mapan
Fokus KerjaKreativitas dan inovasiKejelasan, rigor, dan keterhubungan
Metode PencapaianSengaja mengejar kebaruanProduk sampingan dari pemahaman menyeluruh
Contoh KontribusiTeori revolusionerObjeksi baru, framing (pembingkaian) baru, aplikasi novel
Risiko KesalahpahamanMahasiswa mengejar proyek yang tidak ada filosofer lain bicarakanMahasiswa mungkin terlalu konservatif atau kehilangan arah

University of Buckingham menggambarkan tesis filsafat original sebagai yang membuat "kontribusi pada pengetahuan disiplin baik melalui penemuan pengetahuan baru atau melalui pelaksanaan pendekatan kritis yang baru dan independen"1. Frasa "penemuan pengetahuan baru" dapat memperkuat interpretasi keliru tentang originalitas sebagai inovasi radikal1.

Kelumpuhan atau Pengembaraan yang Salah

Moore mencatat dia menyaksikan "setidaknya satu mahasiswa pascasarjana yang, ketika dikonfrontasi dengan persyaratan bahwa disertasi mereka harus menjadi kontribusi 'original' pada literatur filosofis, menemukan diri mereka baik lumpuh dan tidak mampu melanjutkan, atau yang kadang lebih buruk, berkelana untuk membuat proyek tentang sesuatu yang tidak ada filosofer lain bicarakan"1. Kelumpuhan terjadi karena standar tampak tidak mungkin dicapai. Pengembaraan terjadi karena mahasiswa salah mengira harus menemukan wilayah yang belum dipetakan.

Dalam konteks teknologi modern, originalitas juga diperdebatkan. Forbes membahas bagaimana AI adalah alat bukan pengganti originalitas manusia, menekankan dimensi kreatif independen yang tetap unik manusiawi2. Google for Education bahkan meluncurkan originality reports (laporan originalitas) untuk memeriksa plagiarisme siswa3, menunjukkan bagaimana originalitas sering dipahami sebagai "bukan menyalin" daripada "kontribusi kontekstual".

Interdisiplinaritas: Tetap Filosofis dengan Pengayaan

Istilah kedua yang bermasalah adalah "interdisiplinaritas". Cambridge Dictionary mendefinisikan kerja interdisciplinary (interdisipliner) sebagai "melibatkan dua atau lebih subjek atau area pengetahuan yang berbeda"1. Collins Dictionary menawarkan definisi serupa1.

Interpretasi wajar mungkin bahwa kerja interdisipliner "ditulis dalam gaya dua atau lebih disiplin dan mendedikasikan setidaknya minoritas substansial dari kontennya untuk engage (terlibat) dengan debat, metode, dan standar yang berbeda dari setiap bidang disipliner yang diambilnya"1. Moore menyebut karya historis seperti Wealth of Nations (1776) Adam Smith dan A New View of Society (1813) Robert Owen yang mengintegrasikan filsafat, ekonomi, politik, dan sosiologi tanpa jelas tertanam dalam metodologi disipliner tunggal1.

Realitas Interdisiplinaritas Filosofis Kontemporer

Moore menemukan konsepsi interdisiplinaritas ini "bukan yang filosofer masa kini biasanya inginkan ketika mereka menyerukan kerja 'interdisipliner'"1. Dalam filsafat akademik kontemporer, interdisiplinaritas "biasanya mengacu pada kerja yang tetap tertanam kuat dalam satu subfield filsafat sambil mengambil secara selektif dari disiplin lain, sering mengimpor contoh, konsep, atau studi kasus untuk memperkaya proyek yang sebaliknya jelas filosofis"1.

Norma argumentasi, struktur, dan rigor tetap filosofis sepenuhnya1. Kerja "interdisipliner" yang filosofer kontemporer hargai "bukan hybrid (hibrida) dari disiplin, tetapi kontribusi yang dapat dikenali filosofis, jelas tertanam dalam subfield tertentu filsafat sambil diperkaya oleh referensi interdisipliner"1.

Literatur tentang interdisiplinaritas mengonfirmasi kompleksitas ini. Journal for General Philosophy of Science membahas "Interdisciplinarity as Hybrid Modeling" (Interdisiplinaritas sebagai Pemodelan Hibrida)4, menunjukkan berbagai interpretasi konsep tersebut. FLAME University di India bahkan mengadopsi strategi pendidikan interdisipliner yang menekankan pembangunan kekuatan dari dalam5.

Implikasi Pedagogis yang Krusial

Divergensi dalam kedua kasus dapat "membuat demoralisasi"1. Setelah diberi tahu menjadi "original" atau "interdisipliner" tanpa penjelasan detail tentang bagaimana profesi menginterpretasikan istilah-istilah ini, mahasiswa mungkin "menghabiskan usaha besar mengejar tujuan yang, meskipun wajar menurut definisi kamus, konflik dengan apa yang filosofer akademik sebenarnya beri reward (penghargaan)"1.

Moore menekankan bahwa "mengklarifikasi ekspektasi ini bukan masalah pedagogis minor. Ini esensial untuk membantu mahasiswa sukses, menghindari usaha yang sia-sia, dan tetap termotivasi"1. Mahasiswa filsafat telah "belajar untuk tidak mengandalkan definisi kamus untuk pemahaman yang tepat tentang istilah filosofis" tetapi lebih sedikit yang "menyadari bahwa keanehan terminologis disiplin atau akademia melampaui masalah konseptual substantif ke cara kita memfrasakan aturan dan instruksi, atau mengekspresikan ekspektasi dan evaluasi mahasiswa dan kolega"1.

  • Filosofer harus menjelaskan bahwa originalitas melibatkan membuat kontribusi yang hati-hati dan tertanam kontekstual pada percakapan yang sedang berlangsung, bukan inovasi radikal1.
  • Interdisiplinaritas berarti memperkaya proyek yang jelas tertanam dalam subfield filsafat dengan wawasan dari disiplin lain, bukan sepenuhnya mengangkangi disiplin berbeda dengan cara Adam Smith1.
  • Mahasiswa yang menginterpretasikan interdisiplinaritas sebagai sintesis cross-disciplinary (lintas disiplin) sejati mungkin menemukan kerja mereka dinilai tidak jelas atau tidak cukup tertanam1.
  • Kerja yang tetap dalam batas disipliner sambil secara selektif memasukkan materi eksternal dengan cara yang hati-hati dibatasi lebih mungkin sukses1.
  • Filsafat, sebagai disiplin yang sangat peduli dengan kejelasan dan presisi konsepnya, berhutang klarifikasi ini kepada mahasiswanya1.
  • Originalitas mungkin datang sebagai produk sampingan alami dari mencari pemahaman mendalam tentang subfield spesifik dan debat di dalamnya1.
  • Kelimpahan inovasi sebenarnya dapat menghambat kemajuan filosofis seseorang dengan memutuskan ikatan yang mendasarkan argumen dalam standar, distinsi, dan debat yang dibagikan1.

Kesimpulan

Moore berpendapat bahwa "filsafat akademik harus meningkat dengan jelas mengartikulasikan apa yang dimaksud ketika menggunakan istilah-istilah ini"1. Kejelasan pedagogis bukan kemewahan tetapi kebutuhan. Mahasiswa yang salah memahami ekspektasi profesional akan menghabiskan tahun mengejar tujuan yang tidak dihargai, kehilangan motivasi, dan mungkin meninggalkan disiplin.

Solusinya sederhana namun mendesak: dosen dan advisor (pembimbing) harus eksplisit. Jelaskan bahwa originalitas filosofis adalah tentang kontribusi inkremental dalam percakapan mapan. Jelaskan bahwa interdisiplinaritas filosofis adalah tentang memperkaya argumen filosofis dengan sumber eksternal, bukan membuat hybrid disipliner sejati. Dengan klarifikasi ini, mahasiswa dapat menghindari kelumpuhan dan pengembaraan yang tidak produktif, menggunakan energi mereka untuk membuat kontribusi yang bermakna.

Daftar Pustaka

  • Weinberg, J. (2025, 4 Desember). How "Originality" and "Interdisciplinarity" Can Mislead Philosophy Students (guest post). Daily Nous. https://dailynous.com/2025/12/04/how-originality-and-interdisciplinarity-can-mislead-philosophy-students-guest-post/
  • Forbes Business Development Council. (2023, 26 Mei). Why AI Is A Tool And Not A Replacement For Human Originality. Forbes. https://www.forbes.com/councils/forbesbusinessdevelopmentcouncil/2023/05/26/why-ai-is-a-tool-and-not-a-replacement-for-human-originality/
  • ZDNet. (2019, 14 Agustus). Google for Education launches originality reports to curb student plagiarism, outlines Assignments for higher ed. https://www.zdnet.com/article/google-for-education-launches-originality-reports-to-curb-student-plagiarism/
  • Journal for General Philosophy of Science. (2017, 28 Februari). Interdisciplinarity as Hybrid Modeling. JSTOR. https://www.jstor.org/stable/44697645
  • Financial Express. (2025, 30 November). How FLAME University plans to ignite a new era of interdisciplinary education. https://www.financialexpress.com/jobs-career/education/how-flame-university-plans-to-ignite-a-new-era-of-interdisciplinary-education/4061078/
Download PDF tentang Interpretasi Konsep Originalit (telah di download 0 kali)
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.