{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}Strategi Re-Recording 🎵 Taylor Swift Raih Kembali Hak Cipta Musiknya - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Strategi Re-Recording 🎵 Taylor Swift Raih Kembali Hak Cipta Musiknya
2
May 2025

Strategi Re-Recording 🎵 Taylor Swift Raih Kembali Hak Cipta Musiknya

  • 1
  • 02 May 2025
Strategi Re-Recording 🎵 Taylor Swift Raih Kembali Hak Cipta Musiknya

Taylor Swift merekam ulang enam album pertamanya. Bukan sekadar nostalgia—dia merebut kembali kepemilikan musiknya sendiri.1 Pertarungan ini menyoroti isu besar industri musik: siapa yang benar-benar memiliki lagu yang diciptakan artis?

Latar Belakang Konflik Hak Cipta

Pada 2005, Swift menandatangani kontrak rekaman dengan Big Machine Records yang memiliki masters (rekaman utama) dari enam album pertamanya.1 Hubungan baik berakhir tahun 2018. Ithaca Holdings LLC milik manajer musik Scooter Braun mengakuisisi label rekaman tersebut—dan konsekuensinya, masters-nya—dengan harga dikabarkan $300 juta.2

Karena permusuhan lama antara Swift dan Braun, Swift berusaha meraih kembali kepemilikan rekaman master itu sendiri. Namun sebelum dia bisa menawar karyanya sendiri, tim Braun mensyaratkan Taylor menandatangani perjanjian kerahasiaan yang menyatakan dia "tidak akan pernah berkata lagi tentang Scooter Braun kecuali hal positif".1 Dia menolak. Akhirnya, Ithica menjual masters kepada Shamrock Holdings seharga $420 juta.

Dua Level Hak Cipta Musik

Untuk memahami pertarungan ini, penting mengerti dua level hak cipta berbeda untuk lagu: komposisi musik dan rekaman suara (masters).1

Elemen 🎼DeskripsiKepemilikan Umum
Komposisi MusikLirik lagu, melodi, aransemenPencipta lagu/artis
Masters (Rekaman Suara)Rekaman final yang didengar pendengarLabel rekaman (biasanya)
AnalogiSeperti pizza: komposisi = bahan, masters = pizza jadi
Artis MusikKoki yang membuat pizza
Pencipta LaguPemasok bahan
Label RekamanRestoran
Kasus Taylor SwiftDia penulis dan penyanyiPemasok bahan + koki

Swift memiliki hak cipta komposisi lagunya, tetapi Big Machine Records memiliki masters-nya.1 Dengan merekam ulang lagunya, Swift tidak hanya mendapat keuntungan finansial dari kepemilikan masters, tetapi juga kontrol lebih besar atas arah rekamannya.

Strategi Taylor's Version dan Dampaknya

Swift, tidak puas dengan Braun meraup untung dari karyanya, mengirim surat kepada Shamrock Holdings menyatakan dia "saat ini tidak dapat mempertimbangkan menjadi mitra dengan" mereka.1 Di tengah sengketa, dalam wawancara 2019 dengan CBS Sunday Morning, penyanyi itu mengonfirmasi niatnya merekam ulang lagunya.

Landasan Hukum Re-Recording

Swift bisa merekam ulang lagunya karena dia memiliki hak cipta komposisi, dan kontraknya secara legal membebaskannya dari larangan merekam ulang setelah tiga tahun.1 Swift meninggalkan Big Machine Records pada 2018, dan Taylor's Version pertama dirilis tahun 2021.

  • 2021:Fearless (Taylor's Version) menjadi album pertama yang dirilis ulang, diikuti Red (Taylor's Version)
  • 2023: Selama Eras Tour, dia meluncurkan Speak Now (Taylor's Version) dan 1989 (Taylor's Version)
  • Pending: Hanya dua album, Taylor Swift dan Reputation, yang menunggu rilis ulang
  • Album baru adalah versi lebih baik dari karya lama, mempertahankan judul sama diikuti "Taylor's Version"
  • Versi lagu baru setia pada aslinya, dengan beberapa pembaruan produksi dan suara lebih matang
  • Artis berbagi trek baru dari apa yang disebutnya "from the vault" (dari lemari besi)
  • Proyek Taylor's Version sukses besar, dan Swift kini memiliki sebagian besar katalognya

Sementara itu, Shamrock Holdings memiliki sesuatu yang jauh kurang berharga.1 Artis lain terinspirasi oleh inisiatif Swift, memandang re-recording sebagai rute menguntungkan untuk kepemilikan masters.3

Pelajaran untuk Industri Musik

Meskipun Swift bukan artis pertama yang merekam ulang lagunya, dia memulai gerakan yang mendorong artis dan label rekaman lain mengevaluasi kembali keseimbangan kekuatan dan kepemilikan.1

Kreator dapat belajar pelajaran berharga dari pertarungan hak cipta Swift. Pertama, penting memiliki pengacara yang familiar dengan isu hukum industri musik untuk mencegah hasil buruk dan kesepakatan eksploitatif yang dapat muncul saat menandatangani kontrak mengikat. Kedua, penting memahami ketentuan hak cipta apa pun (atau kekurangannya) dalam perjanjian yang diusulkan sehingga artis tahu hak apa yang mereka lepaskan.1 Ketiga, kreator harus menyadari bahwa ketentuan dapat dinegosiasikan dan mereka harus mengantisipasi kesuksesan.

Label rekaman lain, kini sadar akan celah berbahaya ini, mungkin berusaha melarang re-recording selama dua puluh atau tiga puluh tahun daripada hanya dua atau tiga tahun.1 Pertarungan untuk kepemilikan artistik berlanjut—membuka jalan bagi industri musik yang lebih seimbang.

Kesimpulan

Kisah sukses Swift unik, tetapi menyampaikan pelajaran penting: artis harus proaktif dalam memahami dan menegosiasikan hak mereka.1 Saat label rekaman beradaptasi dengan pergeseran ini, pertarungan untuk kepemilikan artistik terus berlanjut. Strategi re-recording Swift menunjukkan bahwa artis dapat merebut kembali kendali atas karya mereka melalui pemahaman hukum yang cermat dan keberanian mengambil langkah berani. Masa depan industri musik akan lebih memberikan ruang bagi artis untuk mempertahankan hak kepemilikan mereka sejak awal karier.

Daftar Pustaka

  • Berkeley Technology Law Journal. (2025, 2 Mei). Taylor Swift's Copyright Battle and Strategic Re-Recording Songs. Diakses dari https://btlj.org/2025/05/taylor-swifts-copyright-battle/
  • 'Scooter Braun Net Worth' Trends Amid Taylor Swift Masters Buy Back. (2025, 4 Juni). Yahoo Entertainment. Diakses dari https://www.yahoo.com/entertainment/articles/scooter-braun-net-worth-trends-082846152.html
  • Taylor Swift popularized fighting for masters. Are more artists getting ownership? (2025, 1 Oktober). NPR. Diakses dari https://www.npr.org/2025/10/01/nx-s1-5552299/taylor-swift-masters-fight-artist-deals
Download PDF tentang Analisis Strategi Re-Recording (telah di download 1 kali)
  • Strategi Re-Recording 🎵 Taylor Swift Raih Kembali Hak Cipta Musiknya
    By Andreia M. Tamashiro,* LL.M. 2025 *The author thanks Mr. Gary Greenstein, Partner at Wilson Sonsini, for his guidance on this post. When Taylor Swift announced she was re-recording her first six albums, she wasn’t just revisiting past hits–she was reclaiming ownership of her music. Her battle over album masters highlights a huge issue in the music industry: who truly owns the songs artists ...
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.