{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Liz Reid Google: AI Augmentasi Bukan Pengganti Pencarian - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Liz Reid Google: AI Augmentasi Bukan Pengganti Pencarian
30
September 2025

Liz Reid Google: AI Augmentasi Bukan Pengganti Pencarian

  • 3
  • 30 September 2025
Liz Reid Google: AI Augmentasi Bukan Pengganti Pencarian

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) tengah mengubah cara miliaran orang mencari informasi di internet, namun hal ini bukan berarti akhir dari tautan biru tradisional. Pernyataan tegas ini disampaikan oleh Liz Reid, kepala divisi Search Google, dalam wawancara podcast terbaru bersama The Economic Times yg mengejutkan banyak kalangan.1 Reid menegaskan bhwa teknologi AI justru menjadi lapisan tambahan yg memperkaya pengalaman pencarian, bukan menggantikan sistem yg sudah ada.

Visi Masa Depan Pencarian Digital

Menurut Reid, kita baru berada di awal perjalanan transformasi besar dlm dunia pencarian informasi digital. "Kami tidak melihat AI sebagai pengganti pencarian... Kami melihatnya sebagai augmentasi, sebagai cara untuk menemukan kembali pencarian," ungkap Reid dgn penuh keyakinan.1 Tujuan utamanya adalah membuat platform pencarian mampu menjawab pertanyaan apapun dgn cara yg mudah dan natural. Ini merupakan lompatan besar dari sistem pencarian konvensional yng hanya menampilkan daftar tautan.

Blue Links Masih Relevan di Era AI

Menariknya, Reid menekankan bahwa "cerita tentang blue link masih jauh dari berakhir." Google tetap percaya kalau banyak pengguna ingin mendengar langsung dari manusia lain, dari para kreator dan komunitas.2 Konten web, video pendek, dan konten buatan pengguna akan terus berkembang pesat. Perusahaan bahkan sedang bereksperimen dengan tautan inline di dalam AI Overviews dan AI Mode untuk menghubungkan pengguna langsung ke kreator, sehingga mereka bisa mendapatkan informasi lebih mendalam.

Strategi SEO di Dunia yang Didominasi AI

Bagi para kreator konten dan praktisi SEO (Search Engine Optimization), pesan Reid sangat jelas: konten dangkal sudah tidak relevan lagi. "Orang-orang seharusnya memproduksi konten yg benar-benar dibutuhkan pengguna, bukan membangun konten untuk mesin pencari," tegas Reid.3 Kalau kamu hanya membuat konten yng sangat dangkal, maka kontenmu tidak akan jauh berbeda dari apa yang bisa diberikan oleh AI Overview. Yang menarik justru adalah deep clicks—klik yg mendalam dimana pengguna benar2 ingin menggali informasi lebih dalam, bukan sekadar mendapatkan jawaban 5 detik.

Kualitas dan Perspektif Menang

Reid menyarankan para kreator untuk fokus pada optimasi pengalaman pengguna. Orang-orang akan datang ke situsmu bukan hanya untuk mendpatkan informasi singkat, tetapi untuk benar-benar mendalami topik tersebut.4 Ini menandakan pergeseran paradigma dari kuantitas ke kualitas, dimana kedalaman pembahasan dan perspektif unik menjadi kunci utama kesuksesan dalam ekosistem pencarian berbasis AI.

Perubahan Perilaku Pencarian Pengguna

Implementasi AI dlm pencarian telah mengurangi hambatan bagi pengguna untuk bertanya. Reid mengungkapkan bhwa query pencarian menjadi lebih panjang karena orang memberikan lebih banyak konteks dan memasukkan berbagai batasan dalam pertanyaan mereka.5 "Kami melihat orang-orang mengajukan lebih banyak pertanyaan, bukan hanya pertanyaan yg lebih sulit," jelasnya. Jika pengguna bisa dengan mudah mengajukan pertanyaan lanjutan, mereka akan melakukannya tanpa ragu. Data menunjukkan di India dan Amerika Serikat saja, sudah ada lebih dari 100 juta pengguna aktif per bulan yng menggunakan fitur AI ini.

Dampak Terhadap Industri dan Kreator

Pernyataan Reid ini datang di tengah kekhawatiran industri tentang dampak AI Overviews terhadap trafik website. Namun Google berargumen bahwa AI tidak menyusutkan peluang—melainkan memperluas kesempatan bagi brand, bisnis, dan kreator konten.5 Mungkin AI Overviews memang mengurangi trafik dangkal, tetapi pertanyaan besar yg masih tersisa adalah apakah Google dapat menemukan cara untuk memberikan reward kepada konten yg kaya dan engaging. Industri berita dan publisher khususnya masih menunggu bukti nyata dari janji ini.

Kesimpulan

Pernyataan Liz Reid memberikan gambaran jelas tentang arah masa depan pencarian digital. AI bukan musuh dari sistem pencarian tradisional, melainkan alat yng memperkaya dan memperluas kemampuannya. Bagi kreator konten, pesannya sederhana namun menantang: fokus pada kualitas, kedalaman, dan perspektif unik. Era konten dangkal telah berakhir, dan masa depan adalah milik mereka yg mampu memberikan nilai tambah nyata kepada audiens. Dengan lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan yg sudah mengadopsi fitur AI ini, jelas bhwa kita berada di tengah transformasi besar yg akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang.

Referensi

  • Goodwin, D. (2025, 30 September). Google's Liz Reid: AI isn't replacing search – it's augmenting it. Search Engine Land. https://searchengineland.com/google-liz-reid-ai-replacing-augmenting-search-462851
  • Ibid.
  • Loc. cit.
  • Op. cit.
  • Loc. cit.
Download PDF tentang Transformasi Ekosistem Pencari (telah di download 59 kali)
  • Liz Reid Google: AI Augmentasi Bukan Pengganti Pencarian
    Penelitian ini menganalisis bagaimana integrasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dalam mesin pencari Google mengubah paradigma pencarian informasi digital, mempengaruhi strategi optimasi mesin pencari, dan membentuk ulang hubungan antara pengguna, kreator konten, dan platform digital. Melalui studi pustaka komprehensif terhadap pernyataan resmi Google dan analisis industri, riset ini mengeksplorasi transisi dari model pencarian tradisional berbasis tautan ke sistem hybrid yg mengintegrasikan kemampuan generatif AI sambil mempertahankan akses langsung ke sumber informasi asli.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.