{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}Filsuf Bangun 🔬 Kepercayaan Publik terhadap Sains di Era Misinformasi - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Filsuf Bangun 🔬 Kepercayaan Publik terhadap Sains di Era Misinformasi
13
October 2025

Filsuf Bangun 🔬 Kepercayaan Publik terhadap Sains di Era Misinformasi

  • 2
  • 13 October 2025
Filsuf Bangun 🔬 Kepercayaan Publik terhadap Sains di Era Misinformasi

Di tengah banjir informasi yg melanda dunia maya, kepercayaan masyarakat terhadap sains mengalami erosi signifikan. Para filsuf, khususnya filsuf sains, kini tampil sbg mediator penting antara komunitas ilmiah dan publik.1 Fenomena ini muncul kalau misinformasi tersebar luas melalui media sosial, menciptakan keraguan terhadap otoritas pengetahuan ilmiah yang selama ini dipercaya.

Krisis Kepercayaan dlm Era Digital

Masyarakat modern menghadapi tantangan besar dalam membedakan informasi akurat dari misinformasi. Overload informasi ini mempengaruhi pengambilan keputusan individual dan kesehatan komunitas secara keseluruhan.2 Teori konspirasi berkembang pesat, mulai dari yang tidak berbahaya seperti kepercayaan pada UFO, hingga yg berdampak sosial serius seperti penolakan vaksin modern. Meskipun sains terus memberikan wawasan baru tentang perubahan iklim, kesehatan, atau teknologi, semakin banyak orang meragukan kesimpulannya.

Contoh nyata terlihat pada resistensi terhadap konsensus ilmiah mengenai perubahan iklim antropogenik, terutama dr berbagai lobi minyak dan politik.3 Di bidang medis, keragu-raguan orang tua untuk memvaksinasi anak-anak mereka tetap ada meskipun bukti kuat keamanan vaksin MMR (Measles, Mumps, and Rubella) dan konsensus ilmiah bahwa vaksin tersebut tidak menyebabkan autisme pada anak. Hesitansi ini sering dipicu oleh misinformasi yang berasal dari paper Wakefield dkk yang telah dibantah.

Peran Strategis Komunikasi Sains

Komunikasi sains efektif memainkan peran krusial dalam melawan skeptisisme dan penolakan sains. Kepercayaan publik terhadap sains tidak hanya bergantung pada kekuatan bukti, tetapi juga pada cara bukti tersebut dikomunikasikan.4 Selama pandemi COVID-19, penurunan kepercayaan publik terkait dengan cara penyajian ketidaksepakatan ilmiah atas kebijakan kesehatan. Sementara dalam kasus tembakau, strategi komunikasi secara sengaja berupaya menimbulkan keraguan pada bukti yang sudah mapan yg menghubungkan merokok dengan kanker.

Filsafat sebagai Jembatan Pengetahuan

Para filsuf memiliki keahlian dan sumber daya intelektual distinktif yg dapat memberikan kontribusi bermakna pada komunikasi sains. Filsuf sains, dengan keahlian mereka dlm analisis konseptual, penalaran logis, keakraban dengan bidang ilmiah tertentu, dan pemahaman metodologi ilmiah, berada pada posisi yang tepat untuk membuat sains lebih accessible bagi publik.1 Mereka dpt menerjemahkan ide-ide ilmiah kompleks ke dalam bahasa non-spesialis yang mudah dipahami serta secara kritis memeriksa dan mengatasi interpretasi keliru dan misinformasi yg mempengaruhi persepsi publik terhadap sains.

Dua Perspektif Kontribusi Filosofis

Klarifikasi Konten dan Koreksi Kekeliruan

Filsuf, terutama filsuf sains, dapat memberikan kontribusi konkret pada komunikasi sains dengan memanfaatkan keahlian mereka dalam memperjelas konten ilmiah dan mengoreksi kekeliruan yg muncul dalam pertukaran antara sains dan publik. Berkat pelatihan ganda mereka pada sains spesifik (mis. fisika atau biologi) dan filsafat, filsuf sains dapat bertindak sbg mediator.5 Mereka mahir dalam menerjemahkan kosakata ilmiah dan menyederhanakan teori kompleks menjadi konsep yang accessible bagi non-spesialis, keterampilan yang sangat penting dlm konteks krisis kepercayaan terhadap sains.

Salah satu cara filsuf membantu membuat konsep ilmiah kompleks lebih mudah diakses publik adalah dengan memperjelas perbedaan antara korelasi dan kausalitas, perbedaan yang sering disalahpahami dalam kasus penolakan sains. Korelasi tidak menyiratkan kausalitas — misalnya, meskipun penjualan es krim dan insiden tenggelam sama-sama meningkat selama musim panas, ini tidak berarti satu menyebabkan yang lain. Sebaliknya, faktor ketiga yakni cuaca panas, mendorong peningkatan konsumsi es krim dan aktivitas berenang, sehingga meningkatkan kemungkinan tenggelam.

Konteks Nilai dan Identitas

Komunikasi sains efektif tidak hanya melibatkan transmisi konten ilmiah yg benar atau koreksi penalaran keliru, tetapi juga mempertimbangkan konteks yg jauh lebih luas di mana transmisi dan interpretasi konten ilmiah berlangsung.6 Berbagai studi menunjukan bahwa keyakinan latar belakang, identitas, kepentingan, dan nilai-nilai secara signifikan membentuk cara klaim ilmiah diinterpretasikan. Misalnya, keselarasan dgn nilai-nilai politik liberal (atau konservatif) dapat mempengaruhi sikap terhadap perubahan iklim atau vaksinasi, serta terhadap kepercayaan pada konsensus ilmiah.

Filsafat dapat memainkan peran penting dlm proses-proses ini. Di luar filsafat sains — yg, karena terhubung erat dengan praktik ilmiah, dpt membantu publik lebih memahami signifikansi sosial sains yang lebih luas dan cara kerjanya — filsuf secara umum berada pada posisi yang tepat untuk terlibat dalam diskusi tentang moralitas, keyakinan, dan nilai-nilai.7 Dlm pengertian ini, filsafat berada pada posisi yang baik untuk memperkaya komunikasi sains dgn mengklarifikasi nilai-nilai dan identitas yang mendasari, sehingga mendukung presentasi klaim ilmiah yg netral dan tidak dipolitisasi.

Masa Depan Kolaborasi Interdisipliner

Meskipun kepercayaan terhadap sains mencakup jauh lebih dari komunikasi publik — termasuk evaluasi praktik ilmiah dan penelitian, inklusi dan representasi kelompok sosial yang beragam dalam sains, kredibilitas para ilmuwan, dan pertimbangan nilai-nilai yg mempengaruhi proses ilmiah — komunikasi sains tetap menjadi area yang sangat subur untuk keterlibatan filosofis.1 Gerakan seperti filsafat publik dan inisiatif seperti engaged philosophy, Public Philosophy Network, Society for Philosophy of Science in Practice, dan Philosophy of Science Communication Network menunjukan bagaimana filsafat akademis semakin terlibat dlm kolaborasi interdisipliner dan penjangkauan publik.

Kesimpulan

Para filsuf, dengan keahlian unik mereka dalam analisis konseptual, penalaran logis, dan pemahaman metodologi ilmiah, dapat memainkan peran vital dalam membangun kembali kepercayaan publik terhadap sains. Melalui dua perspektif utama — menyederhanakan kosakata ilmiah kompleks dan mempertimbangkan nilai-nilai yg membentuk komunikasi sains — filsuf dapat bertindak sbg mediator efektif antara komunitas ilmiah dan masyarakat luas. Dengan perkembangan ini, ada alasan semakin kuat untuk optimis bahwa filsafat dpt membantu menjembatani kesenjangan antara sains dan publik, mendorong hubungan yg lebih terinformasi, reflektif, dan penuh kepercayaan.

Referensi

  • Blog of the APA. (2025, Oktober 13). How Can Philosophers Rebuild Trust in Science? Diakses dari https://blog.apaonline.org/2025/10/13/how-can-we-rebuild-trust-in-science/
  • Psychology Today. (2025, Agustus 25). Why Trust Science? Diakses dari https://www.psychologytoday.com/sg/blog/psych-unseen/202110/why-trust-science
  • Psychology Today. (2025, Juni 18). Why Trust in Science Depends on Feeling Closer to It. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/misguided/202506/why-trust-in-science-depends-on-feeling-closer-to-it
  • Applied Clinical Trials Online. (2025, Oktober 13). Beyond the Comment Section: Rebuilding Trust in Vaccines Through Conversation. Diakses dari https://www.appliedclinicaltrialsonline.com/view/beyond-the-comment-section-rebuilding-trust-in-vaccines-through-conversation
  • The Nation Online. (2025, September 16). Communicating Science Across Borders: How Suleiman Abdulsalam is Advancing Global Trust in Science at Virginia Tech. Diakses dari https://thenationonlineng.net/communicating-science-across-borders-how-suleiman-abdulsalam-is-advancing-global-trust-in-science-at-virginia-tech/
  • Livemint. (2025, Juli 26). AI will soon be able to audit all published research – what will that mean for public trust in science? Diakses dari https://www.livemint.com/focus/ai-will-soon-be-able-to-audit-all-published-research-what-will-that-mean-for-public-trust-in-science-11753504945202.html
  • Times of India. (2025, Agustus 13). Fraudulent research is 'destroying trust in science'. Diakses dari https://timesofindia.indiatimes.com/science/fraudulent-research-is-destroying-trust-in-science/articleshow/123271282.cms
Download PDF tentang Peran Filsafat dalam Rekonstru (telah di download 11 kali)
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.