Ancaman Baru di Era Modern
Wakil Menteri Pertahanan RI Donny Ermawan Taufanto menyampaikan bahwa ancaman terhadap kedaulatan nasional Indonesia tidak lagi terbatas pada agresi militer konvensional1. Dlm forum dialog publik yg diselenggarakan Universitas Pertahanan RI di President Lounge, Batavia Tower pada Rabu (24/9), Wamenhan menegaskan bahwa Narrative and Legal Warfare (NLW) telah menjadi tantangan nyata bagi bangsa Indonesia. Kompleksitas ancaman ini memerlukan pendekatan yg lebih komprehensif dan inovatif.
Dinamika global yang semakin rumit menunjukkan bahwa perang modern tidak hanya melibatkan kekuatan fisik, namun juga pertarungan narasi dan hukum2. NLW menyasar dua aspek utama kehidupan berbangsa: pertama, aspek ekonomi atau kesejahteraan masyarakat, dan kedua, aspek pertahanan serta politik negara. Strategi ini berupaya melemahkan soliditas kebijakan pemerintah dgn menggunakan isu hak asasi manusia dan demokrasi sebagai kedok pembenaran.
Konsep Defence Intellectual Management
Menanggapi kompleksitas tersebut, Menteri Pertahanan RI memperkenalkan konsep Defence Intellectual Management (DIM) sebagai solusi visioner3. DIM bukan sekadar konsep teoritis, melainkan sebuah keniscayaan yg merupakan hasil dari kualitas praktis dan akademis. Konsep ini diterapkan dalam interaksi kepemimpinan dan manajemen untuk membangun kekuatan pertahanan yang tangguh.
Wamenhan menekankan bahwa permasalahan negara saat ini tidak cukup dihadapi hanya dgn alat utama sistem persenjataan modern atau organisasi militer canggih4. "Kita membutuhkan kemampuan DIM yg multiguna, mampu beradaptasi, dan merespons ancaman nirmiliter yang semakin canggih," ungkap Wamenhan dalam keynote speechnya. Pendekatan ini mencerminkan evolusi strategi pertahanan Indonesia menghadapi ancaman hibrid modern.
Karakteristik Ancaman Hibrid
Ancaman hibrid dalam bentuk NLW memiliki karakteristik yg sangat berbeda dari perang konvensional. Ide-ide yang dipersenjatai dapat menjadi lebih berbahaya daripada bom, terutama ketika dikemas dlm bahasa penelitian dan hak asasi manusia5. Era perang naratif ini menciptakan medan pertempuran baru di mana informasi dan persepsi menjadi senjata utama.
Kemampuan membedakan antara kritik konstruktif dan narasi subversif yg digerakkan kepentingan pihak eksternal menjadi krusial. Ancaman ini tidak hanya bersifat eksternal, namun juga dapat berkembang dari dalam negeri melalui berbagai saluran komunikasi dan platform media sosial. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan dan strategi pertahanan yang adaptif.
Kolaborasi Lintas Sektor
Wamenhan meyakini bahwa melalui kolaborasi dan sinergi kuat antara pemerintah, kalangan akademisi, dan masyarakat, Indonesia mampu membangun pertahanan nasional yg tangguh6. Pertahanan ini tidak hanya pada dimensi fisik, tetapi juga pada ranah intelektual dan kognitif. Forum dialog publik tersebut menghadirkan berbagai pakar, termasuk Dr. Dave Laksono, Prof. Hikmahanto Juwana, dan Prof. Dr. Satya Arinanto.
Sinergi lintas disiplin dan sektor diharapkan menjadi katalis kolaborasi berkelanjutan dlm menghadapi ancaman NLW. Para pembicara yang terlibat dalam forum ini merepresentasikan beragam keahlian, mulai dari hukum, pertahanan, hingga ekonomi. Kehadiran mereka menunjukkan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam menghadapi tantangan keamanan modern.
Peran Komunitas Intelektual
Forum ini mencerminkan komitmen komunitas intelektual pertahanan untuk bersatu menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa7. Tema "Defence Intellectual Community: Memperkokoh Narasi dan Tatanan Negara untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan Bangsa" menjadi seruan yang sangat relevan dan mendesak. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan menunjukkan keseriusan dalam menghadapi ancaman ini.
Tantangan Global dan Regional
Ancaman kedaulatan ekonomi Indonesia juga mendapat perhatian serius dari para pakar dan pembuat kebijakan8. Intervensi asing dalam kedaulatan ekonomi Indonesia menjadi perhatian yang semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NLW tidak hanya menyasar aspek politik dan keamanan, namun juga stabilitas ekonomi nasional.
Pengalaman negara-negara lain dlm menghadapi perang hibrid memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Perang modern tidak lagi bersifat linear, namun telah menjadi jaringan yang menipu dan berkembang dari dalam9. Kemampuan kognitif dan naratif menjadi faktor penentu dalam konflik kontemporer.
Kesimpulan
Konsep Defence Intellectual Management yang diperkenalkan pemerintah Indonesia merupakan respons strategis terhadap evolusi ancaman keamanan nasional. Menghadapi tantangan NLW memerlukan pendekatan holistik yg melibatkan seluruh elemen bangsa, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga masyarakat sipil. Kolaborasi lintas sektor dan disiplin ilmu menjadi kunci keberhasilan dalam mempertahankan kedaulatan dan kesejahteraan bangsa di era perang hibrid modern.
Referensi
- Kementerian Pertahanan RI. (2025, September 24). Menghadapi Ancaman Narrative and Legal Warfare, Wamenhan Tegaskan Pentingnya Defence Intellectual Management. Retrieved from https://www.kemhan.go.id/2025/09/24/menghadapi-ancaman-narrative-and-legal-warfare-wamenhan-tegaskan-pentingnya-defence-intellectual-management.html
- Antara News. (2025, September 25). RI Govt warns of new threats from narrative, legal warfare. Retrieved from https://en.antaranews.com/news/382537/ri-govt-warns-of-new-threats-from-narrative-legal-warfare
- Ibid., Kementerian Pertahanan RI
- Loc. cit., Kementerian Pertahanan RI
- Daily Times. (2025, Juli 7). Hybrid Warfare in Disguise!. Retrieved from https://dailytimes.com.pk/1331129/hybrid-warfare-in-disguise/
- Op. cit., Kementerian Pertahanan RI
- Ibid., Antara News
- Viva.co.id. (2025, September 27). Indonesia's Economic Sovereignty at Risk Amid Foreign Intervention. Retrieved from https://www.viva.co.id/berita/nasional/1851095-indonesia-rsquo-s-economic-sovereignty-at-risk-amid-foreign-intervention
- MSN. (2025, Mei 30). Modern warfare is no longer linear, but India's wars are now networked, deceptive and home-grown: CDS Gen Anil Chauhan. Retrieved from https://www.msn.com/en-in/news/other/modern-warfare-is-no-longer-linear-but-india-s-wars-are-now-networked-deceptive-and-home-grown-cds-gen-anil-chauhan/ar-AA1FOQfK