{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}Kontroversi Soal Kant πŸ“š di Ujian Masuk Korea Selatan - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Kontroversi Soal Kant πŸ“š di Ujian Masuk Korea Selatan
1
December 2025

Kontroversi Soal Kant πŸ“š di Ujian Masuk Korea Selatan

  • 1
  • 01 December 2025

Ujian masuk perguruan tinggi Korea Selatan, College Scholastic Ability Test (CSAT) yang diselenggarakan November 2024 memicu debat intelektual. Filosofi Immanuel Kant menjadi bintang utama dalam berbagai sesi ujian tersebut.1 Siswa Korea dilaporkan "tersiksa" oleh pertanyaan-pertanyaan tentang pemikiran filsuf Jerman ini. Kontroversi puncaknya ada pada soal nomor 17 yang dianggap tidak memiliki jawaban benar.

Soal yang Memicu Perdebatan Akademis

Profesor Lee Chung-hyung dari Pohang University of Science and Technology memposting kritik panjang di forum diskusi siswa. "Saya mencoba soal terkait Kant dari ujian bahasa Korea CSAT dan menemukan bahwa Soal 17 tampaknya tidak memiliki jawaban yang benar," tulisnya.2 Klaim mengejutkan dari akademisi senior ini.

Soal nomor 17 merupakan bagian dari serangkaian pertanyaan (14-17) yang berbasis pada bacaan panjang. Bacaan tersebut merangkum pandangan Kant dan filsuf lain tentang teori identitas personal (personal identity).3 Tingkat kesulitan teks jauh melampaui standar ujian masuk Amerika Serikat.

Kompleksitas Pertanyaan tentang Kesadaran Digital

Pertanyaan kontroversial ini menyajikan skenario hipotetis. Dua pembicara berdebat tentang kesadaran yang dipindai dari otak dan direproduksi sebagai program komputer.4 Apakah kesadaran digital tersebut sama dengan diri aslinya? Pembicara A berpendapat tidak sama karena kesadaran muncul dari seluruh tubuh biologis. Pembicara B bersikukuh bahwa fungsi kognitif yang sama menjamin kontinuitas identitas personal, terlepas dari substrat fisik.

Aspek πŸ”Pandangan Pembicara APandangan Pembicara B
Identitas PersonalMemerlukan tubuh biologisDitentukan fungsi kognitif
Kesadaran DigitalBukan orang yang samaOrang yang sama
Kriteria KontinuitasOrganisme hidup utuhKesamaan fungsi kognitif
Peran TubuhKonstitutif untuk pribadiTidak esensial
"Aku yang Berpikir"Tidak cukup untuk identitasCukup jika fungsi sama
Substansi DasarTubuh hidup diperlukanTidak perlu dipostulatkan
Esensi ManusiaKesatuan tubuh-pikiranOperasi kognitif murni

Kritik Delapan Halaman Profesor Lee

Profesor Lee menulis penjelasan delapan halaman penuh untuk memaparkan kelemahan soal.5 Lembaga evaluasi kurikulum Korea menetapkan opsi 3 sebagai jawaban benar. Namun Lee menolak keras.

Bacaan menyatakan pandangan sebelum Kant menjelaskan identitas personal sebagai jiwa yang bertahan sebagai subjek tunggal. Lee berargumen kesadaran yang direproduksi melalui program pemindaian tidak memenuhi syarat sebagai "subjek tunggal".6 Maka argumen Pembicara A sebenarnya valid menurut teori pra-Kant.

Perspektif Filosofis dalam Teks Ujian

Bacaan ujian membedah dua kubu pemikiran tentang kesadaran diri (self-awareness). Kubu representasionalis menjelaskan kesadaran diri melalui struktur representasi diri yang memungkinkan subjek membedakan dirinya dari dunia.7 Tidak ada ranah batin misterius yang diperlukan.

Sebaliknya, eksperiensialis mengkritik pendekatan ini mengabaikan aspek pengalaman langsung "menjadi diri sendiri". Sartre menerima sebagian argumen representasionalis tetapi menolak bahwa rasa diri harus dikonstruksi melalui representasi.8 Rasa diri muncul langsung dalam pengalaman, bahkan sebelum refleksi intensional.

Heidegger dan Konteks Bermakna

Heidegger menolak manusia fundamental sebagai subjek yang merepresentasikan dunia. Manusia selalu sudah ada dalam situasi bermakna, bertindak dan merespons.9 Kesadaran diri tidak muncul dari representasi mental internal melainkan melalui aktivitas dan relasi sehari-hari. Kita tidak menemui diri sebagai pengamat terpisah tetapi sebagai agen yang terbenam dalam konteks bermakna.

Reaksi Komunitas Filosofis

Filsuf lain yang Lee hubungi merespons dengan hati-hati. "Bacaan dan pertanyaan mengandung lompatan logis... Meski demikian, mereka yang memahami pandangan pra-Kant dan pilihan jawaban dalam bacaan kemungkinan bisa menyelesaikannya," kata seorang filsuf tak disebutkan namanya.10 Tanggapan diplomatik yang mengakui masalah namun tidak sepenuhnya mendukung kritik Lee.

Diskusi online pasca-ujian sangat ramai. Siswa Korea mengekspresikan frustrasi menghadapi teks filosofis tingkat tinggi.11 Kant muncul di sesi bahasa Korea, bahasa Inggris, dan studi sosial. Beberapa mempertanyakan apakah materi sedemikian kompleks sesuai untuk ujian masuk perguruan tinggi.

Kesimpulan

Kontroversi soal Kant CSAT Korea menunjukkan tantangan merancang pertanyaan ujian filosofis yang valid. Perdebatan antara Profesor Lee dan lembaga evaluasi menyoroti kesulitan menilai pemahaman filosofis dalam format pilihan ganda. Kasus ini mengundang sarjana Kant dan filsuf berbahasa Korea untuk memberikan perspektif lebih lanjut tentang validitas soal dan jawaban yang diperdebatkan.

Daftar Pustaka

  • Weinberg, J. (2025, 1 Desember). Kantraversy Over Korean SAT Question. Daily Nous. https://dailynous.com/2025/12/01/kantraversy-over-korean-sat-question/
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Ibid.
  • Kant Questions CSAT's Necessity. (2025, 27 November). MSN. https://www.msn.com/en-xl/news/other/kant-questions-csat-s-necessity/ar-AA1Rh3Zb
Download PDF tentang Analisis Validitas Soal Identi (telah di download 0 kali)
  • Kontroversi Soal Kant πŸ“š di Ujian Masuk Korea Selatan
    Penelitian ini mengkaji kontroversi akademis yang muncul dari soal nomor 17 ujian CSAT Korea November 2024 tentang teori identitas personal Kant, menganalisis argumen kritis Profesor Lee Chung-hyung terhadap validitas jawaban resmi serta implikasinya terhadap evaluasi pemahaman filosofis dalam konteks ujian standar.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.