Teori eksternalitas yang mendominasi kebijakan perubahan iklim selama puluhan tahun ternyata mengarahkan dunia pada strategi keliru. Eric Lonergan dan Corinne Sawers dalam buku Supercharge Me mengungkap bahwa ekonom terlalu fokus pada bab eksternalitas (externalities) padahal seharusnya membaca bab tentang elastisitas harga permintaan dan regulasi utilitas publik.1
Mengapa Pajak Karbon Gagal
William Nordhaus, pemenang Nobel, membingkai emisi karbon sebagai eksternalitas—biaya produksi yang tidak tertangkap harga pasar. Contoh klasiknya: harga pakaian tidak mencerminkan kerusakan dari polusi bahan kimia dan emisi karbon saat produksi.1 Bill Gates dalam bukunya How to Avoid a Climate Disaster pun mengadopsi pemikiran serupa, menyatakan bisnis dan konsumen tidak menanggung biaya ekstra untuk karbon meski menimbulkan beban nyata bagi masyarakat.1
Namun ada kontradiksi fundamental. Pajak bahan bakar (fuel duties) di Amerika justru sukses karena bensin inelastis—demand tidak turun signifikan saat harga naik, sehingga menghasilkan banyak pendapatan namun sedikit mengubah perilaku.1 "Pajak karbon yang sukses mengurangi konsumsi karbon akan menghasilkan sedikit pendapatan," jelas Lonergan.1
| Aspek 🎯 | Pajak Karbon Tradisional | Pendekatan Substitusi ✅ |
|---|---|---|
| Fokus Utama | Menaikkan harga karbon | Menurunkan harga alternatif hijau |
| Target | Eksternalitas | Elastisitas permintaan |
| Mekanisme | Membuat fosil mahal | Membuat EV lebih murah dari ICE |
| Infrastruktur | Tidak prioritas | Investasi charging station masif |
| Hasil Politik | Biaya tinggi, gain kecil | Mayoritas lebih sejahtera |
| Kecepatan | Gradual, lambat | Transformasi cepat skala besar |
| Contoh Sukses | Minim | Negara dengan 50-90% penjualan EV |
Strategi Baru: Ciptakan Substitusi Sempurna
Lonergan mengusulkan konsep EPICs. Kuncinya bukan menghukum penggunaan karbon, melainkan menciptakan substitusi yang nyaris sempurna dengan harga jauh lebih murah.1 Sekitar 30% emisi global berasal langsung dari pembangkit listrik, dan elektrifikasi bangunan, transportasi, serta industri berat bisa meruntuhkan emisi hingga 70%.1
Kisah Sukses Kendaraan Listrik
Negara dan kota yang mencapai 50-90% pangsa penjualan electric vehicle (EV, Kendaraan Listrik) adalah yang menetapkan harga jual jauh di bawah kendaraan mesin pembakaran internal (Internal Combustion Engine/ICE).1 Demand bensin memang inelastis karena masyarakat sudah berinvestasi besar pada kendaraan ICE. Tapi kendaraan berbahan bakar bensin sendiri elastis—orang bisa beralih ke EV jika harganya kompetitif.1
Gates mencoba mengarahkan ekonomi eksternalitas ke sini dengan membicarakan pengurangan Green Premium, namun "setengah benar dalam teori bisa 100% salah dalam praktik," kritik Lonergan.1 Penurunan gradual tidak menghasilkan perubahan cepat skala besar. Yang dibutuhkan: substitusi sempurna dengan keunggulan harga kecil, atau substitusi dekat dengan keunggulan harga besar.1
Urutan Kebijakan yang Tepat
Mark Jaccard, ekonom iklim Kanada, menegaskan pajak karbon sering datang dengan biaya politik tinggi namun manfaat kecil.1 Kejelasan analitis fokus pada elastisitas harga permintaan menjadi mission-critical, terutama karena urutan terbalik bisa kontraproduktif secara ekonomi dan politik.1
Strategi ini perlu diulang di semua sektor: manufaktur, baja, semen, bahkan area sulit seperti konsumsi daging dan susu. Mobilisasi investasi untuk substitusi, pastikan cukup "dekat" untuk pengguna, dan harga lebih menguntungkan dari opsi intensif emisi.1 Dalam penetapan harga relatif ini, pajak bisa berperan—tapi hanya setelah substitusi dekat tersedia.1
Peran Baru Pajak: Kontingen, Bukan Korektor
Pajak karbon kontingen (contingent carbon taxes) lebih kuat karena risiko pajak masa depan mempengaruhi insentif investasi hari ini.1 Perusahaan minyak seperti BP dan Shell kini beroperasi dengan biaya modal ganda: angka dua digit tinggi untuk pengembangan fosil, angka satu digit untuk angin lepas pantai.1 Ini yang dibutuhkan—bisnis dengan akses modal murah mengalihkan investasi modal dalam skala besar.1
Chris Goodall dalam bukunya What We Need to Do Now yang fokus pada tantangan pembangkit listrik sama sekali tidak menyebut eksternalitas, dan diskusi pajak karbonnya bernuansa.1 Tidak ada satu pun contoh dalam sejarah ekonomi di mana transformasi utilitas publik direkayasa dengan mengenakan pajak eksternalitas—bahkan tidak masuk akal.1
Kesimpulan
Framming eksternalitas dan penetapan harga karbon mendominasi kebijakan iklim bukan karena relevansi praktisnya, melainkan kekuatan etisnya: kita ingin pihak bertanggung jawab yang membayar.1 Tapi untuk meruntuhkan emisi dengan sangat cepat, kerangka konseptual yang penting adalah mempercepat investasi dalam utilitas teregulasi dan monopoli alami—elemen pasar transmisi dan distribusi listrik—serta cara mengubah elastisitas harga permintaan.1
Pajak tetap punya peran, tapi tujuannya sangat berbeda. Mereka tidak ditujukan untuk menetapkan harga eksternalitas dengan benar. Pajak, pembebasan, dan jaminan kredit harus melayani satu tujuan: mempercepat depresiasi aset intensif karbon, membiayai penciptaan alternatif bebas karbon, menciptakan substitusi dalam skala besar, dan menargetkan harga relatif substitusi.1 Ini akan menurunkan emisi dengan cepat sambil memastikan mayoritas penduduk lebih sejahtera.
Daftar Pustaka
- Lonergan, E., & Sawers, C. (2022, January 9). The wrong chapter of the textbook. Philosophy of Money. https://www.philosophyofmoney.net/the-wrong-chapter-of-the-textbook/

