{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Penemuan đź”” Conditioning Pavlov: Anjing dan Bel yang Mengubah Psikologi - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Penemuan đź”” Conditioning Pavlov: Anjing dan Bel yang Mengubah Psikologi
24
September 2025

Penemuan đź”” Conditioning Pavlov: Anjing dan Bel yang Mengubah Psikologi

  • 1
  • 24 September 2025
Penemuan đź”” Conditioning Pavlov: Anjing dan Bel yang Mengubah Psikologi

Ivan Pavlov tidak pernah bermaksud mengubah dunia psikologi. Lahir 1849 di Ryazan, Rusia, dari keluarga religius yang menginginkannya jadi pendeta1. Tapi dia tertarik sains, khususnya fisiologi tubuh. Pilihan yang mengantarkannya jadi salah satu ilmuwan paling berpengaruh sepanjang masa.

Ketika bekerja di Imperial Medical Academy St. Petersburg, Pavlov fokus pada sistem pencernaan. Penelitian kelenjar ludah dan sekresi lambung membuatnya meraih Nobel Prize in Physiology or Medicine tahun 19042. Ironisnya, bukan riset Nobel ini yang mengabadikan namanya, melainkan pengamatan tidak terduga pada anjing laboratorium.

Observasi yang Mengubah Segalanya

Pavlov menanamkan tabung kecil di pipi anjing untuk mengukur aliran ludah saat makanan disajikan. Awalnya normal—makanan datang, ludah keluar3. Namun segera dia menyadari sesuatu aneh. Anjing-anjing itu mulai mengeluarkan air liur sebelum makanan muncul. Bahkan hanya melihat asisten lab membawa nampan, atau mendengar langkah kaki mendekat.

Ini membingungkan. Bagi fisiolog, salivasi seharusnya refleks langsung terhadap makanan, bukan sugesti makanan. Pavlov menyadari hewan-hewan ini membentuk asosiasi antara kejadian netral di lingkungan dengan kedatangan makanan4. Dia memutuskan meneliti fenomena ini secara sistematis.

Eksperimen Bel dan Makanan

Setup-nya sederhana. Stimulus netral seperti bunyi bel diperkenalkan tepat sebelum makanan disajikan5. Awalnya bel tidak berarti apa-apa—anjing cuma mengeluarkan ludah saat makanan muncul. Tetapi setelah pasangan berulang—bel lalu makanan, bel lalu makanan—anjing mulai merespons bel saja. Bahkan tanpa makanan yang mengikuti, suara itu cukup membuat mulut mereka basah.

Komponen 🔬Sebelum ConditioningSelama ConditioningSetelah Conditioning
Unconditioned Stimulus (US)Makanan → SalivasiMakanan → SalivasiMakanan → Salivasi
Neutral Stimulus (NS)Bel → Tidak ada responBel + Makanan-
Conditioned Stimulus (CS)--Bel → Salivasi
Unconditioned Response (UR)Salivasi alamiSalivasi alamiSalivasi alami
Conditioned Response (CR)-Mulai terbentukSalivasi terkondisi
Jumlah Pasangan05-40 kaliPermanen (jika diperkuat)
Kekuatan Respons0%20-80%80-100%

Pavlov mendeskripsikan proses ini dengan istilah stimulus dan respons. Makanan adalah unconditioned stimulus (stimulus tak terkondisi), sesuatu yang secara alami memicu reaksi. Salivasi yang dihasilkan adalah unconditioned response (respons tak terkondisi), perilaku refleksif yang tidak dipelajari6. Bel, awalnya hanya neutral stimulus (stimulus netral). Namun setelah dipasangkan berulang dengan makanan, ia menjadi conditioned stimulus (stimulus terkondisi), mampu menghasilkan conditioned response (respons terkondisi)—salivasi—bahkan tanpa kehadiran makanan. Suara yang dulunya tanpa makna kini memiliki signifikansi melalui asosiasi.

Prinsip-Prinsip Lebih Lanjut

Seiring waktu, Pavlov menemukan nuansa lain dari proses pembelajaran ini. Dia mendapati jika bel dibunyikan berulang tanpa diikuti makanan, anjing bertahap berhenti merespons7. Proses ini, yang dia sebut extinction (pemadaman), menunjukkan perilaku yang dipelajari bisa memudar jika tidak diperkuat. Namun dia juga memperhatikan setelah periode istirahat, respons tiba-tiba bisa muncul kembali saat bel dibunyikan lagi—fenomena yang dia namakan spontaneous recovery (pemulihan spontan).

Anjing juga bisa melakukan generalisasi respons; jika dikondisikan untuk mengeluarkan ludah pada nada tertentu, mereka mungkin juga merespons nada dengan pitch serupa. Sebaliknya, mereka bisa belajar discriminate (membedakan), hanya merespons suara spesifik yang telah dipasangkan dengan makanan8.

Implikasi Luas untuk Psikologi dan Kehidupan

Meskipun Pavlov pertama dan terutama fisiolog, implikasi karyanya merentang jauh melampaui biologi. Eksperimennya mendemonstrasikan, untuk pertama kali dalam kondisi laboratorium yang ketat, bahwa pembelajaran bisa dipelajari secara objektif, diukur, dan dijelaskan dalam terminologi stimulus dan respons9. Ini radikal berbeda dari metode introspektif yang lazim dalam psikologi saat itu. Bagi mereka yang ingin menjadikan psikologi sebagai sains, riset Pavlov menyediakan model kejelasan dan presisi.

Signifikansi lebih luas dari classical conditioning (pengkondisian klasik) dengan cepat menjadi jelas. John B. Watson, psikolog Amerika yang sering dianggap pendiri behaviorisme, mendasarkan temuannya pada Pavlov10. Watson berargumen perilaku manusia, seperti anjing Pavlov, bisa dipahami sebagai serangkaian respons terkondisi terhadap stimulus lingkungan. Pandangan ini membantu membentuk trajektori psikologi di abad kedua puluh, menekankan perilaku observable (teramati) daripada proses mental yang tidak teramati.

Di luar teori, penemuan Pavlov menemukan aplikasi praktis tak terhitung. Dalam pendidikan, guru menggunakan prinsip kondisioning untuk mendorong perilaku kelas positif11. Dengan memasangkan pujian atau hadiah dengan pencapaian akademik, siswa mulai mengasosiasikan pembelajaran dengan perasaan positif. Dalam terapi, classical conditioning menjadi jantung treatment untuk fobia dan kecemasan. Seseorang yang takut terbang, misalnya, mungkin menjalani systematic desensitization (desensitisasi sistematis), di mana mereka secara bertahap belajar mengasosiasikan gambar pesawat dengan relaksasi alih-alih ketakutan.

Pengiklan juga meminjam dari Pavlov, memasangkan produk dengan musik, citra menarik, atau dukungan selebriti untuk menciptakan respons emosional positif pada konsumen. Bahkan pemilik hewan peliharaan tanpa sadar menggunakan metode Pavlovian saat melatih binatang mereka, memasangkan perintah dengan hadiah sampai anjing atau kucing mereka belajar merespons12.

Kesimpulan

Yang paling luar biasa dari kisah Pavlov adalah bagaimana observasi kebetulan tentang anjing yang mengeluarkan air liur bertransformasi menjadi prinsip universal pembelajaran. Dia mulai dengan pertanyaan fisiologis sederhana—bagaimana sistem pencernaan bekerja?—dan berakhir membuka salah satu misteri sentral psikologi: bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungan mereka dengan membentuk asosiasi13. Meski Pavlov tidak menyebut dirinya psikolog, metode dan temuannya membuka jalan bagi psikologi menjadi sains yang lebih rigorous (ketat), mempengaruhi bidang seberagam neurosains, psikiatri, dan artificial intelligence (kecerdasan buatan).

Pavlov melanjutkan risetnya hingga kematiannya 1936, didorong semangat kuriositas yang sama yang membimbingnya sejak awal. Hingga hari ini, namanya identik dengan kondisioning, dan eksperimennya tetap jadi pokok dalam buku teks psikologi di seluruh dunia14. Kisahnya pengingat bahwa kadang penemuan paling mendalam muncul bukan dari mencari mereka secara langsung, tapi dari memperhatikan yang tidak terduga. Seekor anjing yang mengeluarkan air liur pada bunyi bel mungkin tampak trivial, tapi dari observasi sederhana itu tumbuh seluruh teori pembelajaran yang telah membentuk pemahaman kita tentang perilaku selama lebih dari seabad.

Daftar Pustaka

  • PHILO-notes. (2025, 24 September). Pavlov's Classical Conditioning. https://philonotes.com/2025/09/pavlovs-classical-conditioning
  • Ibid.
  • Loc. cit.
  • PHILO-notes. (2025, 24 September). Op. cit.
  • Ibid.
  • Loc. cit.
  • PHILO-notes. (2025, 24 September). Op. cit.
  • Ibid.
  • Loc. cit.
  • PHILO-notes. (2025, 24 September). Op. cit.
  • Ibid.
  • Loc. cit.
  • PHILO-notes. (2025, 24 September). Op. cit.
  • Ibid.
Download PDF tentang Pengkondisian Klasik Ivan Pavl (telah di download 0 kali)
  • Penemuan đź”” Conditioning Pavlov: Anjing dan Bel yang Mengubah Psikologi
    Artikel ini mengkaji kontribusi Ivan Pavlov dalam memahami mekanisme pembelajaran melalui pengkondisian klasik, sebuah proses fundamental yang menjelaskan bagaimana organisme membentuk asosiasi antara stimulus lingkungan dan respons fisiologis, serta aplikasinya dalam berbagai bidang dari pendidikan hingga terapi klinis.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.