{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}China-Rusia: Dari Kemitraan ke Ketergantungan Teknologi - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
China-Rusia: Dari Kemitraan ke Ketergantungan Teknologi
30
July 2025

China-Rusia: Dari Kemitraan ke Ketergantungan Teknologi

  • 46
  • 30 July 2025
China-Rusia: Dari Kemitraan ke Ketergantungan Teknologi

Transformasi Hubungan Perdagangan Senjata

Dinamika hubungan China dan Rusia mengalami perubahan dramatis dlm dekade terakhir. Jika sebelumnya Rusia menjadi pemasok utama teknologi militer bagi China, kini situasinya berbalik 180 derajat. 1 Pada tahun 2017, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan bahwa sejak awal 1990-an hingga 2015, Rusia telah menjual senjata senilai sekitar 60 miliar dolar AS kepada China. Salah satu kesepakatan terbesar terjadi pada November 2015, ketika Rusia menjual 24 pesawat tempur Su-35 dan 4 sistem pertahanan udara S-400 dengan nilai sekitar 7 miliar dolar AS.

Namun, situasi ini telah berubah drastis. China kini tidak lagi menjadi pembeli teknologi militer Rusia, melainkan justru menjadi pemasok teknologi yang diperlukan Moskow. Perubahan ini terlihat jelas dalam produksi drone dan sistem pertahanan udara. 2 Drone Garpiya yang dirakit Rusia kini menggunakan mesin berbasis Xiamen Limbach buatan China, menggantikan rantai pasokan domestik Rusia.

Ketergantungan Teknologi dalam Industri Pertahanan

Pabrik Aero-HIT di dekat Khabarovsk memproduksi drone Veles FPV dalam jumlah besar, yang pada dasarnya merupakan adaptasi dari desain drone China Autel EVO Max 4T. Kerjasama ini menunjukkan bagaimana Rusia kini sangat bergantung pada teknologi China untuk memenuhi kebutuhan pertahanannya. 3

Dampak Sanksi Internasional

Sanksi internasional yang diberlakukan setelah invasi Ukraina telah menciptakan risiko keamanan nasional bagi Moskow. Perusahaan-perusahaan Rusia, baik milik negara maupun swasta, kini sangat bergantung pada teknologi China untuk menyelesaikan desain mereka. 4 Perusahaan China menyediakan lebih dari 70% impor mikrochip dan komponen lainnya ke Rusia, dengan banyak yang beroperasi tanpa status yang jelas dan sering tersembunyi dalam rantai pasokan yang kompleks.

Perubahan Pangsa Pasar Global

Pada tahun 2024, ekspor senjata Rusia hanya menyumbang kurang dari 5% dari pasar dunia, turun drastis dari pangsa 30% pada tahun 2012. China telah melampaui pasar Rusia dan kini bersaing serta mengalahkan Moskow dalam penjualan ke berbagai negara di Amerika Latin, Afrika, dan Asia Tenggara. 5

Keunggulan Teknologi China

Penurunan ini berasal dari kemajuan spektakuler China dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), mikroelektronik, dan komputasi kuantum, sesuatu yang tidak mampu disaingi Rusia. Meskipun Rusia masih mempertahankan posisi yang kredibel dan kuat sebagai penjual peralatan di bidang-bidang sensitif seperti perang elektronik dan propulsi rudal, namun semakin kehilangan posisi dominannya dalam penjualan ke negara-negara yang tidak dipasok oleh Amerika Serikat. 6

Operasi Militer Bersama dan Tantangan Masa Depan

Melalui operasi terkoordinasi seperti "Northern United", patroli angkatan laut Arktik, dan kemitraan sistem peringatan rudal, Rusia dan China tampak bekerja secara sinkron. 7 Namun, tindakan-tindakan ini tidak selalu menandakan struktur komando yang terpadu antara kedua negara dlm medan pertempuran yang signifikan, baik intensitas rendah maupun tinggi.

Sementara itu, China tetap ambigu - setidaknya di depan publik - tentang ide mengirim senjata ke Rusia dan patut dicatat bahwa mereka belum mengakui aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina. 8 Pada saat yang sama, Republik Rakyat China tidak keberatan dengan perang Rusia-Ukraina, karena tidak diragukan lagi memberikan wawasan yang berguna bagi China sejauh menyangkut strategi militer Rusia.

Analisis Hubungan "Tanpa Batas"

Penampilan kemitraan "tanpa batas" telah berubah menjadi lelucon kejam yang menyoroti garis merah China dan Rusia sendiri. 9 Seperti yang baru-baru ini dicatat oleh London Times, "China mulai melihat Rusia sebagai taruhan yang buruk". Semakin jelas bahwa kita mendekati titik di mana Kremlin harus memutuskan tentang masa depan hubungan ini.

Hubungan ini bisa digambarkan sebagai parasitis sekaligus esensial. Beijing, khawatir tentang kemungkinan masalah ekonomi, tampak mencoba mengelola kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka oleh Kremlin, sementara Moskow mencari bantuan geopolitik. 10

Kesimpulan

Hubungan China-Rusia telah mengalami transformasi fundamental dari kemitraan strategis menjadi ketergantungan yang tidak seimbang. China kini memegang kendali dalam hubungan ini, memanfaatkan posisinya untuk mendapatkan teknologi dan data medan perang yang berharga. Sementara Rusia semakin tergantung pada teknologi China untuk mempertahankan kemampuan militernya. Dinamika ini akan terus membentuk lanskap geopolitik global dan mempengaruhi strategi Amerika Serikat di Eropa dan Indo-Pasifik.

Referensi

  • The Cipher Brief. (2025). China and Russia: True Partnership or an Alliance on Borrowed Time?
  • South China Morning Post. (2025). China and Russia sign nuclear reactor deal to fuel lunar research station.
  • Financial Times. (2025). Europe's approach to China and Russia isn't working.
  • Tehran Times. (2025). China and Russia: True friends through thick and thin.
  • The Spec. (2025). China and Russia to hold joint naval exercise near Japan next month.
  • South China Morning Post. (2025). United in Moscow, China and Russia spurn talk of a Trump 'reverse Nixon'.
  • Geopolitical Futures. (2025). US Bargaining With China and Russia.
  • Washington Times. (2025). China and Russia's tactics threaten global security.
  • Bloomberg. (2025). China and Russia Put Stalled Gas Pipeline on Moscow Talks Agenda.
  • Global Times. (2025). China and Russia stand together for historical truth, fair global governance.
Download PDF tentang Analisis Transformasi Hubungan (telah di download 10 kali)
  • China-Rusia: Dari Kemitraan ke Ketergantungan Teknologi
    Penelitian ini menganalisis evolusi hubungan bilateral China-Rusia dari perspektif ketergantungan teknologi dan transformasi industri pertahanan. Melalui pendekatan kualitatif dan analisis data sekunder, studi ini menunjukkan bagaimana dinamika hubungan kedua negara telah berubah dari pola supplier-buyer tradisional menjadi ketergantungan teknologi yang asimetris, dimana China kini mendominasi transfer teknologi kepada Rusia, terutama dalam sektor pertahanan dan teknologi tinggi.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.