Peninjauan Latihan Tingkat Strategi Raya
Mayorjen TNI Agus Widodo selaku Direktur Jenderal Strategi Pertahanan (Dirjen Strahan) Kementerian Pertahanan RI melakukan peninjauan penting di Gedung Nipah Sesko TNI, Bandung pada Jumat lalu (3/10/2025).1 Kunjungan ini merupakan representasi langsung dari Menteri Pertahanan RI untuk meninjau kegiatan Table Top Game (TFG) atau simulasi meja dalam konteks Latihan Posko Kridha Yudha yang diikuti Perwira Siswa (Pasis) Diklatregister (Dikreg) Angkatan LIV Sekolah Staf dan Komando TNI.
Materi latihan yang dilaksanakan mencakup dua aspek krusial. Pertama, Kampanye Militer yang merupakan serangkaian operasi terkoordinasi untuk mencapai tujuan strategis pertahanan. Kedua, Operasi Perlawanan Wilayah—bentuk pertahanan teritorial yang melibatkan seluruh komponen bangsa dalam menjaga kedaulatan.1
Penguatan Strategi Pertahanan Nasional
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Strahan memberikan pemaparan mendalam tentang tugas Kemhan RI pada tingkat grand strategy (strategi raya). Ini bukan sekadar strategi militer. Melainkan integrasi seluruh kekuatan nasional—politik, ekonomi, sosial, militer—untuk menjaga kepentingan pertahanan negara.1 Sesko TNI sendiri memiliki peran penting dalam mempersiapkan perwira tinggi menghadapi tantangan keamanan masa depan, termasuk perang hibrida dan ancaman siber yang kian kompleks di era digital.2
Peran Dewan Pertahanan Nasional
Dirjen Strahan menjelaskan fungsi vital Dewan Pertahanan Nasional (DPN) sebagai lembaga yang memberikan pertimbangan kepada Presiden terkait kebijakan pertahanan negara. DPN menjadi jembatan antara kepentingan sipil dan militer dalam pengambilan keputusan strategis.1 Berbagai regulasi strategis yang menjadi landasan penyelenggaraan pertahanan negara juga dibahas secara komprehensif.
Reformasi Birokrasi Kemhan RI
Upaya modernisasi tidak hanya pada aspek alutsista (alat utama sistem persenjataan). Dirjen Strahan menyinggung reformasi birokrasi yang tengah berjalan di lingkungan Kemhan RI—memperkuat tata kelola, transparansi, dan efektivitas institusi pertahanan.1 TNI yang memasuki usia 80 tahun pada 2025 menghadapi tantangan legitimasi historis sekaligus kebutuhan modernisasi di tengah kompleksitas era digital.3
Komponen Cadangan dan Pendukung Pertahanan
Salah satu penekanan penting adalah keberadaan Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung dalam sistem pertahanan negara. Konsep ini mencerminkan doktrin pertahanan semesta—dimana pertahanan bukan monopoli TNI semata, namun melibatkan seluruh rakyat dan sumber daya nasional.1
Komponen Cadangan terdiri dari warga negara yang telah mengikuti pelatihan militer dasar dan siap dimobilisasi saat diperlukan. Sementara Komponen Pendukung mencakup sumber daya nasional (infrastruktur, industri, teknologi, logistik) yang dapat didayagunakan untuk mendukung operasi pertahanan.1
Sosialisasi Kebijakan Umum Pertahanan Negara
Dirjen Strahan mensosialisasikan peran kementerian/lembaga (K/L) yang tercantum dalam Kebijakan Umum Pertahanan Negara (Jakumhanneg). Setiap K/L memiliki tanggung jawab spesifik sebagai leading sector dalam penguatan pertahanan sesuai tugas pokok dan fungsinya.1
Kehadiran Lintas Kementerian dan Lembaga
Kegiatan peninjauan ini dihadiri peninjau dari berbagai instansi strategis. Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian ESDM, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Badan Intelijen Negara (BIN), Mabes Polri, Mabes TNI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) turut hadir.1
Kehadiran lintas sektor ini menunjukkan bahwa pertahanan negara adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen pemerintahan, bukan hanya domain militer semata.
Konteks Kepemimpinan dan Dinamika TNI
Peninjauan ini berlangsung di tengah dinamika kepemimpinan TNI yang terus berkembang. Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini melantik Jenderal Tandyo Budi Revita sebagai Wakil Panglima TNI—sebuah jabatan strategis dalam struktur komando TNI.4 Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto juga telah melakukan mutasi dan rotasi besar terhadap 414 perwira tinggi TNI, dengan mayoritas berasal dari Angkatan Darat.5
Sesko TNI sebagai lembaga pendidikan perwira tinggi memiliki tradisi panjang dalam membentuk pemimpin militer Indonesia. Berbagai tokoh nasional pernah memberikan kuliah umum di institusi ini, termasuk Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang memaparkan geopolitik Soekarno dan pertahanan negara.6
Kesimpulan
Peninjauan TFG Latihan Posko Kridha Yudha oleh Dirjen Strahan mencerminkan integrasi strategi pertahanan yang menyeluruh. Dari tingkat strategi raya hingga operasional, dari komponen utama hingga cadangan dan pendukung, sistem pertahanan Indonesia dibangun dengan prinsip komprehensif melibatkan seluruh elemen bangsa. Kegiatan ini menegaskan bahwa kesiapan pertahanan negara memerlukan sinergi antara TNI, Polri, kementerian/lembaga, serta seluruh komponen masyarakat dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks di era modern.



