{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Merancang Ketahanan Digital 🛡️ di Era Agentic AI - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Merancang Ketahanan Digital 🛡️ di Era Agentic AI
20
November 2025

Merancang Ketahanan Digital 🛡️ di Era Agentic AI

  • 2
  • 20 November 2025

MIT Technology Review melaporkan pada 20 November 2025 bahwa ketahanan digital (digital resilience) kini menjadi prioritas strategis bagi perusahaan global—kemampuan mencegah, bertahan, dan pulih dari gangguan digital makin mendesak seiring munculnya agentic AI (AI Agensi), sistem otonom generasi baru yang mampu merencanakan, bernalar, dan mengeksekusi tugas dengan intervensi manusia minimal.1 Investasi global AI diproyeksikan mencapai 1,5 triliun dolar AS pada 2025, namun kurang dari setengah pemimpin bisnis yakin organisasi mereka dapat menjaga kontinuitas layanan, keamanan, dan kontrol biaya saat kejadian tak terduga.2

Apa Itu Agentic AI dan Mengapa Penting?

Agentic AI berbeda dari model AI sebelumnya. Ia beroperasi secara mandiri. Kecepatan tinggi, skala besar. Otonomi ini bisa memperbesar dampak inkonsistensi data kecil, fragmentasi, atau celah keamanan menjadi masalah serius.1 Kamal Hathi, wakil presiden senior Splunk (perusahaan Cisco), menekankan bahwa sistem agentic AI bergantung pada machine data (data mesin)—log, metrik, telemetri dari perangkat, server, sistem, aplikasi—untuk memahami konteks, mensimulasikan hasil, beradaptasi terus-menerus.3

"Kami sering menggambarkan data mesin sebagai detak jantung perusahaan modern," kata Hathi. "Sistem agentic AI didukung oleh denyut vital ini, membutuhkan akses waktu nyata ke informasi."3 Hanya sedikit organisasi saat ini yang mencapai tingkat integrasi data mesin yang dibutuhkan untuk sepenuhnya mengaktifkan sistem agentic.1

Tantangan Kecepatan Inovasi

Hathi mengakui kecepatan inovasi AI justru menciptakan risiko. "Dalam beberapa hal, kecepatan inovasi ini mulai merugikan kita, karena menciptakan risiko yang belum kita siapkan," ujarnya.4 Model natural language processing (NLP) sebelum GPT (generative pre-trained transformers) dipenuhi ambiguitas linguistik, bias, inkonsistensi. Kesalahan serupa bisa terjadi pada agentic AI jika organisasi terburu-buru tanpa memberikan model kefasihan mendasar dalam data mesin.1

Solusi: Data Fabric untuk Ketahanan

Untuk mengatasi kekurangan ini, pemimpin teknologi perlu beralih ke desain data fabric (struktur data)—arsitektur yang menyatukan aset terfragmentasi dari keamanan, TI, operasi bisnis, jaringan menjadi sistem terintegrasi yang menghubungkan sumber data berbeda, menghancurkan silo, memungkinkan analisis dan manajemen risiko waktu nyata.5

Langkah 🔧DeskripsiManfaat ✨
Hancurkan Silo DepartemenBagikan data lintas divisi tanpa hambatanVisibilitas menyeluruh
Implementasi Arsitektur FederasiSistem terdesentralisasi dengan sumber data otonom bekerja sebagai satu unitTata kelola terjaga, keamanan optimal
Upgrade Platform DataPastikan tampilan terpadu dapat ditindaklanjuti agentic AIAksi cepat, keputusan tepat
Kelola Data Terstruktur 📊Informasi kuantitatif seperti catatan pelanggan, transaksi keuanganMudah dikueri
Kelola Data Tidak Terstruktur 📝Log sistem, kejadian keamanan, jejak aplikasi—kualitatif, tanpa keseragamanWawasan mendalam dengan AI
AI sebagai KolaboratorGunakan alat AI untuk identifikasi hubungan data, deteksi kesalahan otomatisSatu sumber kebenaran
Manusia dalam Lingkaran 👥Pengawasan manusia tetap kunci, AI sebagai asistenKepercayaan dan keamanan

AI Meningkatkan Kemampuan Manusia

Sistem agentic AI dapat digunakan untuk menambah kemampuan manusia dalam mendeteksi dan menguraikan anomali dalam aliran data tidak terstruktur perusahaan. Ini sering kali di luar kapasitas manusia untuk melihat atau menafsirkan dengan cepat, menyebabkan ancaman terlewat atau keterlambatan.6 Tapi sistem agentic AI, dirancang untuk mempersepsikan, bernalar, bertindak secara otonom, dapat menutup celah tersebut.6

Manusia Tetap di Kursi Pengemudi

Meskipun berpotensi besar, agentic AI harus diposisikan sebagai assistive intelligence (kecerdasan pembantu). Tanpa pengawasan yang tepat, agen AI bisa menimbulkan kegagalan aplikasi atau risiko keamanan.7 "Pagar pengaman yang jelas dan mempertahankan manusia dalam lingkaran adalah kunci penggunaan AI yang dapat dipercaya dan praktis," kata Hathi. "AI dapat meningkatkan pengambilan keputusan manusia, tetapi pada akhirnya, manusia ada di kursi pengemudi."7

Ketahanan digital bukan hanya tentang bertahan dari gangguan. Ini tentang berkembang dan tumbuh seiring waktu. Agen AI dapat bekerja dengan jumlah data masif dan terus belajar dari manusia yang memberikan keamanan dan pengawasan. Ini adalah sistem yang benar-benar mengoptimalkan diri sendiri.1

Kesimpulan

Era agentic AI membawa peluang luar biasa sekaligus tantangan kompleks bagi ketahanan digital perusahaan. Organisasi yang mampu merancang data fabric—mengintegrasikan data mesin, menghancurkan silo, memposisikan AI sebagai kolaborator dengan pengawasan manusia—akan unggul dalam lanskap bisnis yang semakin otonom dan dinamis. Investasi dalam ketahanan digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan strategis untuk keberlanjutan operasi di masa depan.

Daftar Pustaka

Download PDF tentang Arsitektur Data Fabric sebagai (telah di download 3 kali)
  • Merancang Ketahanan Digital 🛡️ di Era Agentic AI
    Penelitian ini mengkaji implementasi arsitektur data fabric (struktur data terintegrasi) sebagai solusi strategis memperkuat ketahanan digital perusahaan di era agentic AI (AI Agensi), sistem otonom yang menuntut integrasi menyeluruh data mesin untuk operasi bisnis berkelanjutan dan mitigasi risiko proaktif.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan ai paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.