{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}Cara Manusia Menilai AI Sesungguhnya: Studi MIT Ungkap Kebenaran - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Cara Manusia Menilai AI Sesungguhnya: Studi MIT Ungkap Kebenaran
10
June 2025

Cara Manusia Menilai AI Sesungguhnya: Studi MIT Ungkap Kebenaran

  • 3
  • 10 June 2025
Cara Manusia Menilai AI Sesungguhnya: Studi MIT Ungkap Kebenaran

Penelitian terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkap bahwa manusia tidak sepenuhnya menolak atau menerima kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Studi ini menunjukkan bagaimana orang-orang sebenarnya sangat selektif dalam menilai penggunaan AI, tergantung pada konteks spesifik 1.

Kerangka Kerja Kapabilitas-Personalisasi

Prof Jackson Lu dari MIT Sloan School of Management menjelaskan bahwa apresiasi terhadap AI terjadi ketika AI dipersepsikan lebih mampu drpd manusia dan personalisasi dianggap tidak perlu dlm konteks keputusan tertentu. Sebaliknya, penolakan AI muncul ketika salah satu atau kedua kondisi ini tidak terpenuhi 2. Penelitian ini menganalisis lebih dari 82.000 reaksi manusia terhadap 93 konteks keputusan yang berbeda.

Temuan ini menjawab perdebatan panjang mengenai sikap manusia terhadap AI yg sebelumnya menghasilkan hasil yang tampak kontradiktif. Beberapa studi menunjukkan "algorithm aversion" (penolakan algoritma), sementara studi lain menemukan "algorithm appreciation" (apresiasi algoritma).

Konteks Penerimaan dan Penolakan AI

Dalam praktiknya, manusia cenderung menyukai AI untuk tugas-tugas seperti deteksi penipuan atau penyortiran dataset besar - area di mana kemampuan AI melampaui manusia dlm hal kecepatan dan skala, tanpa memerlukan personalisasi 3. Namun mereka lebih resisten terhadap AI dalam konteks seperti terapi, wawancara kerja, atau diagnosis medis.

Faktor Personalissasi Sebagai Kunci

Lu mengatakan bahwa orang memiliki keinginan fundamental untuk melihat diri mereka sebagai unik dan berbeda dari orang lain. AI sering dipandang sebagai impersonal dan beroperasi secara mekanis. Meskipun AI dilatih pada data yg kaya, orang merasa AI tidak dapat memahami situasi personal mereka 4.

Studi juga mengungkap bahwa apresiasi AI lebih menonjol untuk robot yang berwujud dibandingkan algoritma yang tidak berwujud. Faktor ekonomi juga berpengaruh - di negara dengan pengangguran rendah, apresiasi terhadap AI lebih tinggi karena kekhawatiran akan penggantian pekerjaan berkurang.

Implikasi untuk Masa Depan AI

Penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi pengembang AI dan pembuat kebijakan. Memahami kapan dan mengapa manusia menerima atau menolak AI dapat membantu dalam merancang sistem yang lebih dapat diterima masyarakat 5. Lu menegaskan bahwa kapabilitas tinggi saja tidak menjamin apresiasi AI - personalisasi tetap penting.

Penelitian Berkelanjutan

Lu melanjutkan penelitian mengenai sikap kompleks dan berkembang manusia terhadap AI. Meskipun tidak menganggap meta-analisis ini sebagai kata terakhir, ia berharap Kerangka Kerja Kapabilitas-Personalisasi menawarkan lensa yang berharga untuk memahami bagaimana orang mengevaluasi AI di berbagai konteks 6.

Kesimpulan

Studi MIT ini menunjukkan bahwa manusia bukan sekadar teknofil atau luddit, melainkan penilai yang bijaksana terhadap AI. Mereka mengevaluasi manfaat praktis penggunaan AI berdasarkan kasus per kasus. Pemahaman ini crucial untuk pengembangan AI yg lebih dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Referensi

  • Dizikes, P. (2025, Juni 10). How we really judge AI. MIT News. https://news.mit.edu/2025/how-we-really-judge-ai-0610
  • Lu, J., et al. (2025). AI Aversion or Appreciation? A Capability–Personalization Framework and a Meta-Analytic Review. Psychological Bulletin.
  • Azentio Software. (2025). Azentio reimagines speed and personalization for retail, SME, and corporate lenders. Yahoo Finance. https://finance.yahoo.com/news/azentio-reimagines-speed-personalization-retail-053000792.html
  • Search Engine Journal. (2025). 5 Ways Content Marketers Can Build Consumer Trust Through Responsible Personalization And AI. https://www.searchenginejournal.com/ways-content-marketers-build-consumer-trust-responsible-personalization-and-ai/554228/
  • Devdiscourse. (2025). From personalization to automation: How AI is powering future of online retail. https://www.devdiscourse.com/article/technology/3608184-from-personalization-to-automation-how-ai-is-powering-future-of-online-retail
  • Ecommerce Fast Lane. (2025). Leveraging AI to Personalize the Ecommerce Customer Experience. https://ecommercefastlane.com/leveraging-ai-to-personalize-the-ecommerce-customer-experience/
Download PDF tentang Kerangka Kerja Kapabilitas-Per (telah di download 10 kali)
  • Cara Manusia Menilai AI Sesungguhnya: Studi MIT Ungkap Kebenaran
    Penelitian komprehensif ini menganalisis lebih dari 82.000 respons manusia terhadap 93 konteks keputusan berbeda untuk memahami faktor-faktor yg mempengaruhi penerimaan atau penolakan kecerdasan buatan. Studi meta-analitik ini mengungkap bahwa sikap manusia terhadap AI tidak bersifat dikotomis, melainkan bergantung pada dua dimensi utama: persepsi kapabilitas AI relatif terhadap manusia dan kebutuhan akan personalisasi dalam konteks keputusan spesifik. Temuan ini memberikan wawasan penting bagi pengembangan AI yang lebih dapat diterima masyarakat.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan ai paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.