{!-- ra:00000000000003ec0000000000000000 --}Filsuf Bongkar Hipotesis Lab COVID-19: Mengapa Kita Harus Berubah Pikiran? - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Filsuf Bongkar Hipotesis Lab COVID-19: Mengapa Kita Harus Berubah Pikiran?
23
August 2025

Filsuf Bongkar Hipotesis Lab COVID-19: Mengapa Kita Harus Berubah Pikiran?

  • 18
  • 23 August 2025
Filsuf Bongkar Hipotesis Lab COVID-19: Mengapa Kita Harus Berubah Pikiran?

Filsuf Bongkar Hipotesis Lab COVID-19: Mengapa Kita Harus Berubah Pikiran?

Perdebatan asal-usul COVID-19 kembali memanas setelah 1 seorang filosof Amerika mengungkap bagaimana cara berpikir ilmiah seharusnya diterapkan dlm meneliti hipotesis laboratorium. Michael LaBossiere, penulis blog A Philosophers, menjelaskan bahwa masyarakat sering salah memahami proses pembentukan kepercayaan rasional yg sebenarnya.

Mengapa Hipotesis Lab Mendapat Kredibilitas

Menurut analisis filosofis terbaru, hipotesis bahwa virus SARS-CoV-2 bocor dari laboratorium telah 2 "mendapat kredibilitas" meskipun bukti definitif belum tersedia. Hal ini menunjukan bahwa proses ilmiah tidak selalu memberikan jawaban instan. LaBossiere menekankan pentingnya membedakan antara keyakinan yang benar dan keyakinan yang terbenarkan.

Perbedaan Klaim yang Sering Dicampur

Salah satu masalah utama dalam debat ini adalah confusion (kebingungan) antara berbagai klaim berbeda. Ada klaim tentang asal virus itu sendiri - apakah terjadi secara alami atau direkayasa di lab. Kemudian ada klaim terpisah tentang bagaimana virus masuk ke populasi manusia, apakah melalui pasar basah, interaksi manusia-kelelawar, atau kebocoran laboratorium.

Kesalahan Logika dalam Argumen

Banyak orang melakukan kesalahan logis dengan memperlakukan konjungsi seperti disjungsi. Misalnya, jika hipotesis kebocoran lab benar, bukan berarti virus juga pasti direkayasa. 3 Kedua klaim ini harus dievaluasi secara terpisah berdasarkan bukti masing-masing.

Perubahan Posisi Berdasarkan Bukti Baru

Yang menarik adalah bagaimana LaBossiere mengaku dulu mendukung hipotesis pasar basah karena didukung bukti terbaik saat itu. Namun, dia kini terbuka terhadap kemungkinan kebocoran lab setelah 4 bukti baru bermunculan. Ini menunjukkan proses berpikir ilmiah yg sehat.

Kritik terhadap Pemikiran Dogmatis

Filosof ini mengkritik kecenderungan masyarakat untuk memilih satu kepercayaan dan mempertahankannya tanpa mempertimbangkan bukti baru. Dia menyamakan hal ini dengan pendekatan religius daripada pembentukan kepercayaan rasional. Orang sering menyesuaikan bukti dengan kepercayaan mereka, bukan sebaliknya.

Perbedaan Antara Benar dan Terbenarkan

Salah satu poin penting yang diangkat adalah perbedaan antara memiliki kepercayaan yg benar dan memiliki justifikasi untuk kepercayaan tersebut. Seseorang bisa saja benar tentang kebocoran lab, tapi jika alasannya didasarkan pada prasangka atau tebakan semata, maka mereka tidak justified (terbenarkan) secara epistemologis.

Contoh Justifikasi yang Salah

LaBossiere memberikan contoh-contoh justifikasi yg tidak tepat: seseorang yang percaya kebocoran lab karena suka film horor-fiksi ilmiah, atau karena prasangka rasis, atau karena nasionalisme. Meskipun mereka mungkin berakhir benar, kepercayaan mereka tidak didasarkan pada alasan yg baik.

Proses Ilmiah yang Sehat

Yang perlu dipahami adalah bahwa seseorang bisa awalnya terbenarkan dalam kepercayaan yang kemudian terbukti salah. 5 Ini karena bukti awal mungkin mendukung klaim tertentu, tetapi bukti baru bisa mengubah kesimpulan. Hal ini bukan menunjukkan kegagalan metode ilmiah, melainkan cara kerjanya yang normal.

Penyesuaian Berdasarkan Bukti

Mereka yang menolak hipotesis lab di awal karena kurangnya bukti, namun kini mempertimbangkannya berdasarkan bukti baru, sebenarnya melakukan hal yg benar. Mereka menyesuaikan pandangan berdasarkan bukti, bukan karena tekanan politik atau sosial.

Kesimpulan

Debat asal-usul COVID-19 memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kita seharusnya membentuk kepercayaan secara rasional. Yang terpenting adalah tetap terbuka terhadap kemungkinan alternatif, membedakan antara klaim-klaim berbeda, dan menyesuaikan pandangan berdasarkan bukti terbaik yang tersedia. 6 Proses ini mungkin membuat frustrasi karena tidak memberikan kepastian instan, tetapi inilah cara kerja penyelidikan ilmiah yang sehat.

Referensi

  • LaBossiere, M. (2025, 23 Agustus). Practical Epistemology Revisited: The Lab Hypothesis for COVID. A Philosophers Blog. https://aphilosopher.drmcl.com/2025/08/23/practical-epistemology-revisited-the-lab-hypothesis-for-covid/
  • CNN. (2021, 27 Mei). The Covid-19 origin story has massive political consequences. https://www.cnn.com/2021/05/27/politics/biden-trump-china-coronavirus-origins/
  • CNET. (2021, 28 Mei). The coronavirus origin story and the lab leak debate need a hard reset. https://www.cnet.com/science/the-coronavirus-origin-story-and-the-lab-leak-debate-need-a-hard-reset/
  • Washington Post. (2020, 2 April). How did covid-19 begin? Its initial origin story is shaky. https://www.washingtonpost.com/opinions/global-opinions/how-did-covid-19-begin-its-initial-origin-story-is-shaky/
  • CNN. (2021, 19 September). Covid-19 origins: Why the search for the source is vital. https://edition.cnn.com/2021/09/19/health/covid-19-origins-documentary/index.html
  • New Republic. (2021, 29 Maret). Why We're Obsessed Once Again With Covid-19's Origin Story. https://newrepublic.com/article/161857/obsessed-covid-19-lab-leak-origin
Download PDF tentang Epistemologi Praktis dalam Inv (telah di download 6 kali)
  • Filsuf Bongkar Hipotesis Lab COVID-19: Mengapa Kita Harus Berubah Pikiran?
    Penelitian ini mengkaji bagaimana prinsip-prinsip epistemologi praktis dapat diterapkan dalam mengevaluasi hipotesis asal-usul COVID-19, khususnya kemungkinan kebocoran laboratorium. Melalui analisis filosofis terhadap proses pembentukan kepercayaan rasional, studi ini menunjukkan pentingnya membedakan antara kebenaran dan justifikasi dalam konteks penyelidikan ilmiah. Analisis mencakup evaluasi terhadap berbagai klaim yang sering dicampuradukkan, kesalahan logis dalam argumentasi, dan pentingnya fleksibilitas epistemik dalam menghadapi bukti baru yang bermunculan.
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.