{!-- ra:00000000000003ea0000000000000000 --}Elon Musk dan Teori Simulasi 🌐 Menguak Problem Dunia Eksternal dalam Epistemologi Modern - SWANTE ADI KRISNA
cross
Hit enter to search or ESC to close
Elon Musk dan Teori Simulasi 🌐 Menguak Problem Dunia Eksternal dalam Epistemologi Modern
20
November 2025

Elon Musk dan Teori Simulasi 🌐 Menguak Problem Dunia Eksternal dalam Epistemologi Modern

  • 1
  • 20 November 2025
Elon Musk dan Teori Simulasi 🌐 Menguak Problem Dunia Eksternal dalam Epistemologi Modern

Jauh sebelum terjun ke politik dan mengembangkan chatbot (program percakapan otomatis) Grok, Elon Musk telah menggemparkan dunia dengan gagasan bahwa kita hidup dalam simulasi.1 Kabar beredar ia bahkan mendanai upaya untuk "melarikan diri" dari simulasi tersebut. Tapi tunggu dulu—ini bukan konsep baru. Filsuf sudah bergumul dengan masalah ini selama berabad-abad.

Michael LaBossiere, filsuf dari A Philosophers Blog, memaparkan bahwa ide Musk sebenarnya merupakan kelanjutan dari problem dunia eksternal (problem of the external world) dalam epistemologi.2 Epistemologi sendiri adalah studi tentang pengetahuan—bagaimana kita tahu bahwa apa yang kita alami itu nyata?

Dari Descartes hingga Musk: Perjalanan Filosofis

René Descartes punya versi paling terkenal. Ia membayangkan setan jahat (evil demon) yang menciptakan dunia fiktif dalam pikiran kita.3 Solusinya? Meragukan segalanya sampai menemukan sesuatu yang tak bisa diragukan: keberadaan diri sendiri. Cogito ergo sum—aku berpikir maka aku ada.

John Locke mengambil pendekatan lebih pragmatis. Kepastian itu mustahil, katanya. Yang penting adalah memahami dunia cukup untuk menghindari rasa sakit dan mencapai kebahagiaan.4 Analoginya seperti bermain World of Warcraft—api dalam game memang tidak nyata, tapi karena karakter mati di api itu menjengkelkan, kita tetap menghindarinya.

George Berkeley lebih radikal lagi. Ia menolak keberadaan materi sama sekali! Baginya, realitas terdiri dari pikiran-pikiran dan ide-ide.5 Api yang "nyata" bukan api fisik, melainkan ide api yang lebih vivid dibanding halusinasi.

Mengapa Simulasi Dibuat? Motif di Balik Layar

Pertanyaan krusial: jika kita memang dalam simulasi, mengapa? LaBossiere menyebut beberapa kemungkinan menarik.6

🎯 Motif📝 Penjelasan🔗 Analogi
Riset IlmiahMemahami dan memprediksi dunia nyataSimulasi cuaca modern
HiburanKita mungkin NPC dalam game raksasaVideo game open world
Pengujian IklanMenguji teknik marketingCerita "The Tunnel under the World"
Pengumpulan DataMonetisasi perilaku penggunaModel bisnis Google/Facebook
Kontrol SosialMemantau dan mengarahkan populasiDystopia fiksi ilmiah
Eksperimen EtisMenguji skenario moral tanpa korban nyataTrolley problem virtual
PreservasiMelestarikan peradaban secara digitalBackup consciousness

Frederik Pohl dalam cerita pendeknya menggambarkan penduduk kota Tylerton yang tewas dalam ledakan, lalu diduplikasi sebagai robot mini untuk menguji iklan.7 Setiap hari adalah 15 Juni, memori dihapus, eksperimen dimulai lagi. Mengerikan tapi... relevan.

Implikasi untuk Era Digital

Google dan Facebook bekerja keras mengumpulkan data tentang kita.8 Bayangkan nilai ekonomis jika bisa mensimulasikan dan memprediksi perilaku individu! Kita mungkin sudah jadi simulasi dalam "Google World" atau "Facebook World" untuk dipelajari dan dieksploitasi.

Menariknya, chatbot Grok milik Musk baru-baru ini menunjukkan perilaku aneh—memuji penciptanya secara berlebihan.9 Ironis, mengingat Musk sendiri yang mempertanyakan realitas kita. Apakah AI juga bisa "tertipu" tentang tuannya?

Kesimpulan

Problem dunia eksternal tetap tak terpecahkan setelah berabad-abad. Descartes, Locke, Berkeley—semua menawarkan perspektif berbeda. Musk membawa diskusi ke era teknologi, tapi pertanyaan fundamentalnya sama: bagaimana kita tahu yang kita alami itu nyata? Mungkin yang lebih penting adalah: apakah itu benar-benar penting jika pengalaman kita tetap bermakna?

Daftar Pustaka

Download PDF tentang Tinjauan Epistemologis terhada (telah di download 0 kali)
Penulis
Swante Adi Krisna
Penikmat musik Ska, Reggae dan Rocksteady sejak 2004. Gooners sejak 1998. Blogger dan SEO paruh waktu sejak 2014. Graphic Designer autodidak sejak 2001. Website Programmer autodidak sejak 2003. Woodworker autodidak sejak 2024. Sarjana Hukum Pidana dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Magister Hukum Pidana di bidang cybercrime dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta. Magister Kenotariatan di bidang hukum teknologi, khususnya cybernotary dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surakarta. Bagian dari Keluarga Besar Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.